Kemarau porak-porandakan masyarakat Kenya

id Kenya, kemarau

Kemarau porak-porandakan masyarakat Kenya

Suatu dokumentasi foto tentang hewan yang sekarat akibat kekeringan (the-star.co.ke)

Nakuru, Kenya (Antara/Xinhua-OANA) - Sampai penghujung 2016, orang Kenya yang menghadapi kelaporan, menurut pemerintah, berjumlah 1,3 juta, tapi jumlah berdasarkan audit oleh Kementerian Pendelegasian jumlah mereka lebih dari dua juta.
        
Berdasarkan data kementerian itu, penanganan kondisi darurat kemarau yang secara langsung berkaitan dengan pembagian pangan diberlakukan.
        
Kemarau melanda; kurangnya hujan mengakibatkan tekanan pada sektor pertanian sehingga petani tak memiliki apa pun atau sedikit untuk dipanen sebab tak ada air untuk memproduksi tanaman atau panen.
        
Secara umum, Kenya menerima sedikit curah hujan antara Oktober dan Desember 2016 --yang dampaknya adalah gagal panen dan memburuknya dedaunan serta rumput buat ternak, sehingga negara itu terancam rawan pangan, demikian keterangan Departemen Meteorologi Kenya untuk musim tiga bulan.
        
Rendahnya curah hujan didahului oleh berbulan-bulan hujan lebat, yang menghancurkan tanaman dan kematian akibat bangunan ambruk, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu malam.
        
Meskipun Kementerian Irigasi dan Pengairan menyatakan kemajuan dicapai dalam pembangunan bendungan untuk melindungi warga dari dampak kemarau panjang, sebagian petani di Wilayah Lembah Rift sudah menikmati manfaat dari pasokan air yang lancar berkat gagasan mereka sendiri.
        
Paul Njoroge adalah Sekretaris Proyek Air Masyarakat Kibepingo, yang memiliki prestasi membangun Bendungan Kibepingo di Daerah Njoro di Kabupaten Nakuru, Wilayah Lembah Rift.
       
Bendungan tersebut, yang diselesaikan tahun lalu, memberi manfaat kepada lebih dari 4.000 petani yang sebelumnya tak mengolah lahan pertanian mereka sampai hujan turun.
        
"Kami bahagia karena tidak berbicara mengenai kekurangan air pada saat ini. Selama bertahun-tahun sebelumnya, keadaan mengerikan. Kebanyakan orang menderita kelaparan," kata Njoroge pada Senin (16/1).
        
Masyarakat di daerah itu telah berjuang menghadapi kemarau panjang, yang memimpik dampak besar pada produksi ternak dan tanaman mereka, katanya. Tapi rakyat memiliki pilihan untuk mengubah hidup mereka.
        
Seratus orang dari empat desa yang memperoleh air dari bendungan tersebut bersatu pada 2013 dan dengan konsultasi dengan masyarakat daerah itu mereka mengajukan usul bagi pembangunan bendungan dan mengumpulkan dana.
        
Mereka dengan susah-payah memperoleh dukungan keuangan dan teknis dari Perusahaan Pipa dan Pelestarian Air Nasional, satu lembaga negara dengan peran menyeluruh dalam pelaksanaan prasaran pengairan di negeri tersebut.
        
Mereka juga menerima dorongan keuangan dari Pemerintah Kabupaten Nakuru. Bendungan itu mengambil air dari Sungai Subuku, yang mengalir ke Sungai Njoro, muara dari Danau Nakuru.
        
Air telah disalurkan dengan menggunakan pipa dari bendungan tersebut dan petania dapat mengambilnya dari bak dan keran yang berdekatan untuk minum ternak, keperluan rumah tangga dan pertanian. Njoroge mengatakan petani sekarang dapat memperoleh air untuk mengairi pertanian mereka kapan saja sepanjang tahun.

    
Penerjemah : Chaidar