Petani Singkong Lampung Desak Pemerintah Turun Tangan

id singkong ditumpuk di lapang, harga singkong anjlok, petani merugi, singkong lampung

Petani Singkong Lampung Desak Pemerintah Turun Tangan

Ilustrasi Singkong ditumpuk di lapak (FOTO:ANTARA Lampung/ist)

...Kalau sekarang harga singkong ikut anjlok, petani singkong mau konversi ke tanaman apa lagi, ujarnya...
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Para petani singkong di Provinsi Lampung mendesak pemerintah segera turun tangan membantu mengatasi anjloknya harga yang cenderung terus berlanjut sehingga merugikan petani singkong di daerah itu.

Menurut Sahrudin Aden yang baru terpilih memimpin Gabungan Petani Singkong Indonesia (Gapesi) Lampung dan juga petani singkong di Kabupaten Lampung Tengah, saat dihubungi dari Bandarlampung, Rabu, belakangan ini harga singkong terus menurun dan cenderung makin anjlok sehingga dikeluhkan para petani singkong setempat.

Dia menyebutkan pada Selasa (6/9), harga singkong (ubi kayu) berada pada kisaran Rp680 per kilogram dengan potongan (rafaksi) antara 10-20 persen. Padahal, sebelumnya harga singkong masih bertahan pada kisaran Rp900 hingga Rp1.000 per kg.

Petani singkong di Kabupaten Tulangbawang, Jumli Usman, mengeluhkan pula terus menurunnya harga singkong.

Dia menyebutkan pada pekan lalu harga singkong masih bertahan Rp730/kg dengan potongan (rafaksi) berkisar 10-20 persen.

"Padahal setengah bulan lalu harga singkong di sini masih bertahan Rp1.200 hingga Rp1.300 per kg," ujar dia.

Sejumlah petani singkong lainnya di Tulangbawang, Tulangbawang Barat maupun Kabupaten Lampung Tengah juga membenarkan anjloknya harga singkong untuk pembelian di pabrik pengolah singkong itu berlangsung merata di sejumlah daerah di Provinsi Lampung.

Ketua Gapesi Lampung Sahrudin Aden minta pemerintah segera turun tangan membantu petani singkong agar harganya tidak terus anjlok.

Dia menyebutkan pada 2015, saat musim panen singkong seperti sekarang ini, harganya bertahan berkisar Rp1.500 per kg, tergolong stabil dan merupakan harga singkong bertahan baik di Provinsi Lampung sebagai daerah penghasil singkong utama di Indonesia.

Menurut Sahrudin, saat ini pihak pabrik menyatakan pasokan singkong banyak karena sedang panen sehingga harga menjadi turun.

Dia juga menyatakan pasokan singkong di Lampung diperkirakan semakin meningkat antara lain karena sebagian petani karet dan kelapa sawit melakukan konversi ke budi daya singkong akibat harga getah karet dan buah sawit yang anjlok. Lampung juga menampung singkong produksi petani di wilayah Sumatra bagian selatan, seperti Sumatera Selatan, Jambi, dan Bengkulu.

"Kalau sekarang harga singkong ikut anjlok, petani singkong mau konversi ke tanaman apa lagi," ujarnya.

Oleh karena itu, para petani singkong di Lampung, khususnya yang tergabung dalam Gapesi Lampung, mendesak pemerintah segera turun tangan mengatasi anjloknya harga singkong agar tidak merugikan petani singkong di daerah itu.

Provinsi Lampung kontribusinya tinggi dalam memenuhi kebutuhan produksi singkong nasional.

Pemasaran dan pengolahan ubi kayu di Lampung juga terus berkembang, dengan banyak industri besar yang masuk, khususnya industri pengolahan singkong menjadi tapioka.

Selain industri besar, industri rumah tangga untuk mengolah bahan baku singkong menjadi makanan, seperti keripik singkong, getuk, combro, dan masih banyak lainnya juga berkembang Provinsi Lampung.

Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia masih mengimpor ubi kayu atau singkong. Impor singkong pada Maret 2016 mencapai 987,5 ton atau senilai 191.093 dolar AS. Impor singkong mayoritas didatangkan dari Vietnam.

Oleh karena itu, Kementerian Pertanian melakukan upaya peningkatan produksi dengan jalan membantu pemberian sarana produksi (saprodi) kepada para petani singkong.

Upaya meningkatkan produksi singkong pada 2016 dilakukan melalui program peningkatan produksi ubi kayu seluas 25.000 ha, antara lain di Provinsi Aceh, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Yogya, Kaltim, dan Kalimantan Utara. Di 11 provinsi, pemerintah membantu saprodi untuk petani singkong setempat.

Kementan menyebutkan produksi ubi kayu pada 2015 sebanyak 21,7 juta ton, sedangkan pada 2016 ditargetkan 27 juta ton.

Produksi singkong nasional adalah terbesar nomor tiga di dunia setelah Nigeria dan Thailand, dengan total produksi singkong Indonesia mencapai 21,7 juta ton, sebesar 0,8 juta ton untuk dikonsumsi langsung, 10 juta ton untuk industri pangan pakan, sisanya 10 juta ton untuk kebutuhan ekspor dan industri lainnya.

Produsen terbesar singkong adalah Provinsi Lampung tercatat 279.000 ton atau setara 13,2 persen dari produksi nasional. (Ant)