P3K AEKI sebagai pusat budi daya kopi

id P3K AEKI, sebagai pusat, budi daya kopi

Bandarlampung  (ANTARA Lampung) - Provinsi Lampung adalah penghasil kopi robusta terbesar di Tanah Air, dengan produksi rata-rata sekitar 100.000 ton biji kopi dihasilkan oleh daerah itu setiap tahunnya dari 130 ribu hektare lahan yang tersebar di sentra-sentra perkebunan kopi.

Sementara dari sisi ekspor provinsi di ujung selatan Pulau Sumatera ini mengapalkan sedikitnya 300 ribu ton biji kopi kering per tahun yang dikirim ke berbagai negara konsumen seperti, Jepang, Amerika Serikat, negara di kawasan ASEAN dan Arab, serta Uni Eropa.

Hal itu, tak lepas dari posisi Lampung yang berada di kawasn segitiga emas wilayah perkopian Sumatera bagian selatan, yakni Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan.

Namun, komoditas ekspor yang dibudidayakan sekitar 120 ribu kepala keluarga (KK) petani selalu dihadapkan pada masalah produktivitas yang masih terbilang rendah dengan rata-rata 900 kilogram biji kopi per hektare.

Kondisi tersebut menimbulkan semangat kebersamaan para eksportir kopi yang tergabung dalam Asosiasi Ekspotir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) untuk turut andil di dalamnya. Salah satunya dengan membangun Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi (P3K) AEKI Lampung, dengan sasaran meningkatkan keterampilan dan pendapatan para petani kopi di Indonesia khususnya Lampung.

"Ini adalah bukit kepedulian AEKI pada perkopian di Tanah Air, membantu program pemerintah meningkatkan kinerja para petani kopi untuk menjamin kelangsungan produksi kopi nasional," kata Humas AEKI Lampung Azischan Satib beberapa waktu lalu.

Selain itu, menurutnya, keberadaan P3K itu juga dapat meningkatkan produktivitas, mutu, daya saing kopi Indonesia di pasar global dan terpenting meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

P3K AEKI yang didirikan pada 5 Oktober 1999 di Pekon (Desa) Hanakau Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat itu, bertujuan mendukung kegiatan penelitian untuk menemukan klon-klon unggul baru serta melakukan inovasi teknologi budi daya dan pengolahan kopi yang sesuai dengan kondisi agroekosistem Lampung.

Azis menyebutkan, berbagai kegiatan yang dilakukan di P3K adalah membuat petak percontohan dan mengadakan pembinaan kepada petani untuk meningkatkan produktivitas dan mutu melalui pelatihan, sekolah lapang, penyuluhan, dan studi banding.

"Selain itu, meningkatkan kemampuan manajemen efisiensi usaha tani yang berwawasan agribisnis yang berorientasi pasar global," ujarnya.

Ia menjelaskan P3K yang dibangun di atas lahan seluas 10 hektare itu terdapat kebun untuk budi daya seperti kebun pembibitan seluas 0,7 hektare, kebun entres (0,6 ha), kebun percontohan (0,9 ha), kebun koleksi (0,5 ha), kebun percobaan (3,1 ha), dan kebun produksi (2,98 ha).

Keberadan P3K itu, diharapkan dapat mendorong peningkatan produktivitas dan mutu kopi nasional yang berorientasi pasar global dengan mengedepankan wawasan beragrobisnis yang ramah lingkungan melali budi daya serta penydiaan infromasi dan peningkatan sumber daya manusia.

Belajar

Petani Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau antusias belajar budi daya tanaman kopi di Pusat Penyuluhan dan Pengembangan Kopi Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia di Desa Hanakau, Lampung Barat.

"Saya tergiur untuk menanam kopi mengingat harga cukup bagus. Apalagi setelah melihat sendiri kebun percontohan dan diberikan penjelasan oleh penyuluh serta anggota AEKI Lampung," kata Lamsah petani Kecamatan Ungar Kabupaten Karimaun, di Hanakau, Lampung Barat, Kamis (25/8).

Ia menyebutkan dirinya beberapa tahun lalu telah menanam kopi tapi baru dalam taraf menanam saja belum menggunakan teknologi tata cara berkebun kopi yang baik.

Pemerintah Kabupaten Karimun, lanjut dia, telah memberikan bantuan bibit kopi untuk di tanam di sela-sela kebun kelapa dan saat ini telah tumbuh sekitar dengkul orang dewasa.

Namun permasalahannya, menurut dia, tanaman kopi tidak semuanya tumbuh dengan baik karena belum mengetahui cara budi daya kopi yang benar serta tanaman tersebut daunnya banyak di makan hewan ternak seperti kambing.

Ia mengatakan bahwa sebanyak dua hektare kebun kelapa miliknya akan di selingi dengan tanaman kopi sehingga bila tanaman kopi itu bisa tumbuh dan berkembang serta menghasilkan akan menambah pendapatan.

"Mudah-mudahan setelah mendapatkan pengetahuan tentang cara budi daya kopi dengan baik akan saya terapkan di kebun," katanya pula.

Syahdu Sekretaris Kecamatan Kundur Barat Kabupaten Karimun Kepulauan Riau yang ikut dalam rombongan mengatakan bahwa petani sangat antusias belajar budi daya tanaman kopi di P3K AEKI.

"Meski tanaman kopi di Karimun sedikit. Kami mencoba melakukan alih teknologi tanaman kopi agar pendapatan petani kopi bertambah dan tidak menggantungkan dari kebun kelapa, sawit, maupun sagu," kata dia.

Ia mengatakan bahwa kunjungan petani dari beberapa kecamatan di Kabupaten Karimun berkunjung serta belajar tata cara budi daya kopi di P3K AEKI akan membuka mata mereka untuk siap melakukan diversifikasi tanaman.

Menurutnya, petani di Kabupaten Karimun masih mengandalkan tanaman kelapa, karet, sagu, dan tanaman lainnya sebagai mata pencaharian mereka. Sementara itu harga komoditas tersebut seperti karet saat ini sangat rendah sehingga perlu inovasi baru agar tidak tergantung dari tanaman tersebut.

Karena itu, menurutnya, diversifkasi tanaman perlu dilakukan salah satunya dengan melakukan budi daya kopi dan lada.

"Kami mencoba melakukan alih teknologi salah satunya dengan mengembangkan tanaman kopi dan lada perdu. Karena itu kami memilih P3K AEKI karena di sini sebagai pusat penyuluhan dan pengembangan tanaman kopi," ujarnya.

Syahdu menjelaskan, terdapat lahan seluas 3.000 hektare di Kabupaten Karimun yang dapat digunakan untuk budi daya tanaman kopi. "Perlu kerjasama semua pihak termasuk penyuluh untuk memotivasi petani daerah ini untuk budi daya kopi. Apalagi beberapa diantara mereka telah belajar baik teori dan praktik tata cara menanam kopi," tambahnya.(Ant)