Arief Yahya luncurkan CD keroncong pariwisata

id menpar dan waljinah, menpar arief yahya, pariwisata

Arief Yahya luncurkan CD keroncong pariwisata

Ilustrasi Menteri Pariwisata Arief Yahya bersama Waldjinah dan pendukung pada Pementasan Keroncong Pesona Indonesia, Jumat (1/4) di Taman Ismail Marzuki. (Dok: Puskompublik Kementerian Pariwisata RI )

...Pertunjukan ini gratis, tanpa dipungut biaya, kata Arief Yahya...
Jakarta  (ANTARA Lampung) - Menteri Pariwisata Arief Yahya dijadwalkan meluncurkan CD "Keroncong Pariwisata Pesona Indonesia" dan pertunjukan musik keroncong di Plaza Barat Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu malam.

"Pertunjukan ini gratis, tanpa dipungut biaya," kata Arief Yahya soal acara yang diselenggarakan bersama Ikatan Alumni ITB Angkatan 1980 dan HAMKRI (Himpunan Artis dan Musisi Keroncong RI) itu.

Lagu-lagu keroncong pariwisata akan dinyanyikan oleh artis-artis keroncong ternama seperti Mus Mulyadi, Mus Mujiono, Sundari Sukotjo, Endah Laras, dan Sruti Respati.

Selain itu dimeriahkan pula oleh penampilan Putri Ayu, Armand Maulana, Maria Calista, Intan Soekotjo, dan generasi muda yang memberi warna lain pada musik keroncong.

Pengarah musik oleh Oeblet dengan iringan musik dari Tabuhan Nusantara Ethnic Orchestra.

Beberapa pimpinan daerah bakal tampil di panggung seperti Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo.

Di Jawa Tengah, masih banyak grup musik keroncong dan secara periodik berlatih dan tampil bersama tetapi musik jenis ini memang tidak bisa bersaing dengan budaya pop dan rock yang semakin global dan inklusif.

"Karena itu menampilkan seni keroncong, dengan penyanyi modern, itu pasti kombinasi yang seru," ucap Arief Yahya.

Akar keroncong, menurut Arief Yahya, memang berasal dari jenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad ke-16 ke Nusantara.

Dari daratan India (Goa) masuklah musik ini pertama kali di Malaka dan kemudian dimainkan di Maluku.

Melemahnya pengaruh Portugis pada abad ke-17 di Nusantara tidak dengan serta-merta berarti hilang pula musik ini.

Bentuk awal musik ini disebut moresco (sebuah tarian asal Spanyol, seperti polka agak lamban ritmenya).

Salah satu lagu oleh Kusbini disusun kembali kini dikenal dengan nama Kr. Moritsku, yang diiringi oleh alat musik dawai.

Pada abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer.

Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat.

Budaya Indonesia yang paling asli, kata Arief Yahya adalah cepat dan pintar menyesuaikan dengan tradisi mana saja. Lalu terbangun harmoni baru. Karena itu kesenian yang berkembang di Indonesia banyak dipengaruhi oleh banyak faktor, tradisi, budaya lokal, plus pengaruh global dan teknologi.

"Karena itu kita tumbuh menjadi bangsa yang adaptasinya cepat, inovasinya bagus," katanya. (Ant)