Mudik Imlek selalu menyenangkan

id Mudik Imlek selalu menyenangkan

Mudik Imlek selalu menyenangkan

Fuzhaou (Antara/Xinhua-OANA) - Xu Shan membatalkan rencananya untuk terbang ke kampung halamannya dan merayakan Tahun Baru Tionghoa, Imlek, setelah membuat pertimbangan selama dua pekan.
        
Itu adalah liburan Imlek ketiga yang ia lalui sendirian di tempat yang berjarak 1.970 mil dari rumahnya.
        
"Bukannya saya tidak kangen pada orang tua saya, tapi lamanya perjalanan pulang jauh lebih melelahkan dan mahal," kata Xu, seorang pekerja kantoran di satu perusahaan pelatihan di Fuzhou, Ibu Kota Provinsi Fujian, Tiongkok Timur.
        
Untuk melakukan perjalanan mudik ke Daqing, kota yang kaya akan minyak di Provinsi Heilongjiang di bagian timur-laut Tiongkok, ia harus bangun pukul 05.00 agar bisa naik pesawat ke Beijing untuk singgah selama dua jam sebelum terbang ke Daqing.
        
Hari sudah gelap ketika ia tiba di terminal bus di Daqing dan bus terakhir ke kabupaten tempat tinggalnya, yang berjarak 50 mil, sudah lama berangkat.
        
Jika ia tak mau menginap di hotel, ia harus menunggu mobil dalam temperatur minus 30 derajat Celsius dan pulang sekitar tengah malam, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. Saat itu, ia sudah terlalu melelah untuk bisa mengucapkan kata-kata.
        
"Bahkan lebih mengecilkan hati jika saya harus memikirkan bahwa saya harus mengulangi jadwal yang sama paling lama dalam waktu enam hari, sebab ia akan kembali kerja pada hari ketujuh setelah Tahun Baru," kata wanita tersebut.
        
Xu secara diam-diam merencanakan penundaan perjalanan mudiknya sampai Maret, ketika tiket pesawat lebih murah. Tapi ia belum mengetahui secara pasti apakah atasannya akan memberi dia izin cuti ketika semua orang di perusahaan itu sibuk.
        
Libur besar untuk Tahun Baru Tionghoa, masa yang berlangsung sekitar 40 hari sebelum dan setelah Imlek, adalah peristiwa besar buat setiap orang di negeri itu. Tahun ini, sebanyak 2,91 miliar orang Tionghoa diperkirakan melakukan perjalanan di seluruh negeri tersebut.
        
Tiongkok memiliki jaringan kereta terbesar di dunia; kereta cepat beroperasi untuk menempuh jarak 19.000 kilometer sampai akhir tahun lalu, tapi masih banyak orang harus berjuang untuk melakukan perjalanan.
        
Wang Yatong (26), pegawai perusahaan pembangkit listrik di Kota Nanping di Fujian, telah memilih untuk tetap bekerja selama Imlek. Ia mengatakan akan "buang-buang waktu" untuk mudik ke Pingdingshan di Provinsi Henan, Tiongkok Tengah.
        
Perjalanan mudiknya akan terdiri atas naik kereta selama delapan jam ditambah dua perjalanan jarak jauh dengan naik bus yang padat dan jalan yang tidak mulus.
        
Wang Hong, seorang warga Provinsi Henan yang bekerja di Provinsi Guangdong di bagian selatan negeri tersebut, adalah orang yang melakukan perjalanan dini dan perencana yang baik. Ia memesan tiket kereta untuk mudik Imlek hampir dua bulan lebih awal, tapi dua hari sebelum ia dijadwalkan cuti, bosnya mengirim dia ke Beijing untuk menghadiri pertemuan. Tiket keretanya sia-sia dan ia harus mengeluarkan uang tiga kali lebih banyak untuk terbang ke kampungnya dari Beijing, Ibu Kota Tiongkok.
        
Sementara itu, perjalanan mudik Old Su lebih luwes. Su (45) salah satu tak kurang dari 400.000 pengendara sepeda motor yang melakukan perjalanan dari Guangdong ke kampung halaman mereka di wilayah di provinsi yang bertentangga.
        
Perjalanan mudik Su ke Wilayah Otonomi Guangxi Zhuang berjarak tak kurang dari 621 mil dan tahun ini ia memerlukan waktu 37 jam.
        
Meskipun begitu ia juga harus berjuang sebelum perjalanan mudiknya. "Saya nyaris gagal melakukannya," katanya.
        
Su, seorang pengemudi truk untuk satu pabrik kecil furnitur, tak bisa menerima upahnya selama tiga bulan terakhir sampai Jumat, 29 Januari.
        
Majikan Su berutang 7.000 yuan (1.066 dolar AS), jumlah yang ia perlukan untuk membayar biaya pengobatan istrinya, yang menderita anemia dan batu empedu.
       
Ia berulangkali menelepon bosnya untuk memohon pembayaran upahnya, tapi tak berhasil. Ia meminta bantuan wartawan Xinhua, yang melaporkan masalahnya ke pemerintah lokal. Dengan campur tangan pemerintah, bos Su akhirnya membayar 5.000 yuan utangnya, dan berjanji akan membayar sisa upahnya setelah Imlek.
        
Su menerimanya. "Bos juga mengalami masa sulit. Usahanya berjalan buruk dan ia tidak memperoleh uang. Tiga kali tahun lalu, pemilik bangunan memutuskan pasokan listrik sebab bos tak bisa membayar tagihan."
   
Su berpendapat ia beruntung karena mendapa bayaran dan bahkan mendendang lagu ketika ia berkemas dan naik motor bekasnya.
        
Perjalanan mudiknya penuh goncangan dan berbahaya. Untuk menghemat waktu dan uang, ia berangkat pada pukul 05.00 pada Sabtu (30/2) dan berkendaraan selama hampir 20 jam sebelum istirahat selama beberapa jam di satu motel dengan biaya 80 yuan.
        
Ia tiba di rumahnya di desa tanpa laut di Kabupaten Daxin di Guangxi pada Ahad malam, tepat satu pekan sebelum Tahun Baru Tionghoa.

Penerjemah : Chaidar