Akhirnya Rumah Belajar Moromoro Mesuji Lampung Diresmikan

id Rumah Belajar Moromoro Mesuji, Jangan Tutup Sekolah Kami, Penutupan Sekolah di Mesuji Lampung, Mesuji Lampung

Akhirnya Rumah Belajar Moromoro Mesuji Lampung Diresmikan

Anak-anak di rumah belajar Moromoro Kabupatean Mesuji Provinsi Lampung. (FOTO: ANTARA Lampung/Ist)

Pendirian rumah belajar itu, menyusul kebijakan penutupan SD Moro Dewe di Moromoro, Mesuji, Lampung bulan Mei tahun 2015 silam.
Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Sejumlah relawan yang melakukan kampanye #wesavemoromoro dan #jangantutupsekolahkami membuat berbagai komunitas di Kota Bandarlampung Provinsi Lampung, dan Bandung, Jawa Barat turun tangan mendirikan "Rumah Belajar Moromoro" yang akhirnya dapat diresmikan operasionalnya.

"Setelah melakukan berbagai persiapan sejak November 2015 lalu, kami bersama berbagai komunitas di Bandung dan Lampung akhirnya melakukan peresmian Rumah Belajar Moromoro di dusun Moro Dewe Kabupaten Mesuji, Lampung. Kegiatan ini dilakukan untuk menegaskan bahwa pendidikan harus berjalan dengan cara apa pun," ujar Ricco Andreas, alumni SD Moro Dewe yang kini tengah belajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung, saat dihubungi dari Bandarlampung, Senin (18/1).

Rico menjelaskan, setelah melakukan kampanye dan penggalangan dana melalui situs www.kitabisa.com, pada awal tahun ini sejumlah komunitas melakukan gerakan bersama untuk membangun "Rumah Belajar Moromoro" yang berlokasi di eks bangunan SD Moro Dewe, Mesuji, Lampung.

Pendirian rumah belajar itu, menyusul kebijakan penutupan SD Moro Dewe di Moromoro, Mesuji, Lampung bulan Mei tahun 2015 silam.

Penutupan sekolah itu berimbas pada 111 siswa yang harus tercerai-berai. Terdapat 45 orang yang harus pulang pergi (PP) menumpang truk ke SDN II Indraloka di Tulangbawang sejauh 12 km, sejumlah tiga anak putus sekolah karena kekurangan biaya dan sisanya harus pindah sekolah ke dua SD lain di Moromoro yang jaraknya juga cukup jauh dari rumah mereka di Moro Dewe.

Menurut Ricco yang merupakan tim #wesavemoromoro, pihaknya berhasil membawa berbagai komunitas untuk mengunjungi kampungnya dan menghidupkan kembali suasana belajar di Moro Dewe.

Komunitas-komunitas yang turut bersumbangsih atas kegiatan ini adalah Komunitas Rumah Bintang Bandung, Komunitas Filmut Bandar Lampung, komunitas Motor Linescapade, dan Komunitas Helau Tiedye.

"Tujuan dari mendirikan rumah belajar tersebut yaitu memberikan motivasi kepada adik adik di Moro Dewe yang sudah tidak diberikan akses pendidikan oleh pemerintah setempat. Rumah Belajar ini sendiri didesain agar anak-anak tetap bisa berkarya dan semangat  belajar. Karenanya berbagai komunitas bahu membahu mengumpukan donasi baik berupa uang dan peralatan belajar demi mengembalikan keceriaan mereka," kata Niki Suryaman, pegiat Komunitas Rumah Bintang Bandung yang terlibat dalam pendirian rumah belajar itu pula.

Peresmian Rumah Belajar Moromoro diselenggarakan dengan beberapa rangkaian kegiatan selama dua hari, 16--17 Januari 2016. Kegiatan dimulai pada pukul 19.00 WIB malam dengan pengguntingan pita dan potong tumpeng oleh Kepala Dusun Moro Mewe.

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan acara nonton film bersama. "Pada tanggal 17 Januari kegiatan dimulai sejak pukul 08.00 WIB pagi hingga siang hari yang diisi dengan workshop dari komunitas Tiedye dan kolase, lomba kearifan lokal; makan kerupuk, joget balon, balap karung, memasukkan pensil ke botol, lari kelereng di sendok; dan acara musik yang diikuti anak-anak Moro Dewe dengan gembira, ujar Rio, dari komunitas Helau Tiedye pula.

"Kami awalnya tahu kondisi ini dari kampanye dan penggalangan dana yang dilakukan di situs kitabisa.com yang ramai di twitter dan instagram juga. Terus kami buat grup di whatsapp buat diskusi karena banyak dari kami yang nggak tahu masalah ini dan akhirnya terbuka mata kami, sehingga bisa meringankan beban anak-anak di Moromoro,"  ujar Andy dari komunitas Linescapade.

Setelah berlangsung kegiatan penggalangan dana di Bandung pada November 2015 lalu, Niki Suyaman, Ricco, Andy dan Rio bertemu di Bandarlampung untuk melakukan kegiatan penggalangan dana agar dapat segera membangun Rumah Belajar Moromoro.

Berbagai kegiatan kampanye dan penggalangan dana dilakukan di Bandung dan Bandarlampung. Di Bandarlampung, selain relawan menaruh kotak donasi #wesavemoromoro di berbagai tempat, seperti kafe di Gudang Rupa dan Warung Nongkrong.

Pendirian Rumah Belajar Moromoro sendiri menghabiskan dana Rp7 juta sejak renovasi sampai pembukaan. Sedangkan sejumlah dana lainnya digunakan untuk membantu tiga siswa SD Moro Dewe yang sempat putus sekolah untuk kembali sekolah dan merajut masa depan cerah dengan gembira.

Menurut Ricco, kegiatan ini bukanlah akhir dari #wesavemoromoro dan #jangantutupsekolahkami, mengingat dana publik yang masih tersisa akan digunakan untuk membantu memperbaiki masalah pendidikan di Moromoro.

Ia menegaskan, publik bisa melihat laporan perkembangan projek dan penggunaan dana di hppts: //www.kitabisa.com/wesavemoromoro.

Selain itu, kampanye ini masih terus berlanjut di jagat maya dengan diluncurkan dua petisi bertajuk "Jangan Tutup Sekolah Kami" oleh aktivis Oki Hajiansyah Wahab, dan "Akui Masyarakat Moromoro Kabupaten Mesuji, Lampung Sebagai Warga Negara Indonesia!" oleh mahasiswa di Bandung di www.change.org.

Para relawan telah bertekad akan terus mengkampanyekan #wesavemoromoro dan #jangantutupsekolahkami sampai masalah ini diselesaikan oleh pemerintah yang berwenang.