Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Sudah tiga tahun terakhir, Agus
(62), warga Bandarjaya Kabupaten Lampung Tengah setiap hari rutin
mendatangi Tempat Pemandian Air Panas di Desa Merak Batin, Natar,
Kabupaten Lampung Selatan.
Agus menuturkan, dia sempat divonis
dokter akan sulit dapat disembuhkan dari serangan stroke parah
dialaminya beberapa tahun lalu.
"Mulut saya sampai sudah terkatup
keras, dan bibir tergigit hingga mengeluarkan darah. Seluruh tubuh
sudah sulit bergerak seperti lumpuh," ujar dia, saat berbincang sambil
berendam di kolam air panas pemandian Natar yang dikelola oleh keluarga
Mutaqin Jaya Taruna ini pula.
Dia mengisahkan, saat itu dokter
yang merawatnya di salah satu rumah sakit swasta terkenal di Bandarjaya
memvonisnya sudah dalam kondisi kritis. Dokter memintanya untuk pasrah
dan banyak berdoa saja.
Namun Agus mengaku, tetap berusaha bisa
kembali sembuh dan melanjutkan kehidupannya. Ia pun berusaha keras terus
berobat baik secara medis maupun nonmedis.
Ia pun mencoba
mencari cara pengobatan alternatif, termasuk mendatangi secara rutin
tempat pemandian air panas ini. Menurutnya, setelah menjalani terapi
berendam dalam air panas selama beberapa jam setiap hari, ternyyata
kondisi tubuhnya berangsur membaik.
Setelah sekitar tiga tahun
menjalani terapi berendam air panas ini, kemudian mengurangi pengobatan
medis ke dokternya, Agus kini sudah bisa berjalan kembali. Kedua
tangannya, terutama tangan kirinya pun sudah bisa bergerak mendekati
normal.
"Ini tangan saya sudah bisa mengepal dan menggemgam keras
lagi. Tadinya digerakkan saja susahnya bukan main. Saya juga sudah bisa
jalan, padahal semula sempat lumpuh tak bisa bergerak sama sekali,"
kata dia lagi.
Karena itu, dia setiap hari menyempatkan datang ke
pemandian air panas di Natar ini, kendati harus menempuh perjalanan
cukup jauh dari Bandarjaya Lampung Tengah ke Natar Lampung Selatan
setiap hari.
Dia berharap dapat pulih kembali, setelah merasakan
dari terapi rutin berendam air panas itu, kini tubuhnya berangsur terus
semakin membaik.
Lagipula terapi berendam air panas itu, biayanya
jauh lebih rendah dibandingkan pengobatan medis yang menurut dia,
menghabiskan biaya cukup besar namun hasil pemulihan kesehatannya
dirasakan sangat lambat berlangsung.
Begitupula kondisi di
pemandian air panas mengandung belerang di Kabupaten Lampung Selatan
lainnya, yaitu Way Belerang Kalianda. Menurut pengelolanya, Purnawardi,
PNS Dinas Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan, setiap hari ada saja
pengunjung yang datang ke objek wisata yang dikelola Pemkab Lampung
Selatan melalui Dinas Pariwisata ini.
"Pada hari libur Sabtu dan
Minggu di luar bulan puasa, biasanya ratusan pengunjung datang. Tapi
hari biasa agak sepi, apalagi saat Ramadan ini," ujarnya lagi.
Menurutnya,
umumnya pengunjung yang datang itu bukan semata untuk berekreasi,
melainkan untuk berobat atau menjalani terapi penyakit yang diderita
mereka. "Macam-macam sakitnya, dan mereka merasakan membaik setelah
mencoba terapi berendam air panas mengandung belerang di sini," ujar dia
lagi.
Potensi Berlimpah
Provinsi
Lampung mempunyai sumber air panas dan belerang yang melimpah yang
tersebar di sejumlah kabpuaten, namun belum seluruhnya dikelola, seperti
di Natar dan Kalianda Lampung Selatan itu. Selain itu, sejumlah potensi
sumber air panas dan air belerang itu berada pada lokasinya pun sulit
dijangkau.
Hasil penelusuran menunjukkan sumber air panas alami
dan air panas belerang di Provinsi Lampung itu, di antaranya terdapat di
Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, Kota Bandarlampung, Pesawaran,
dan Kabupaten Lampung Barat.
Potensi air panas alami yang telah
dikelola secara komersial, antara lain berada di pemandian air panas
Merak Batin Kecamatan Natar dan pemandian air panas di Way Belerang
Lampung Selatan.
Air panas yang belum dikelola antara lain berada
di kawasan Sumur Putri-Kali Akar Kecamatan Telukbetung Selatan dan
Pekon (Desa) Sukamaju Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus serta air
panas di Kabupaten Lampung Barat.
Pemandian air panas di Merak
Batin Natar, Lampung Selatan, dikelola oleh keluarga Mutaqin Jaya
Taruna, dan merupakan peninggalan keluarga.
Pengunjung di objek
wisata sekaligus tempat terapi beberapa penyakit ini, dikenai tarif
masuk Rp4.000 per orang, dari sebelumnya hanya Rp2.000, dengan fasilitas
sepuasnya berendam dalam air panas yang ada di dalam area ini.
Sejumlah
pekerja menangani tempat pemandian air panas alami yang buka 24 jam
ini, dan menyediakan penginapan sebanyak enam kamar, dengan tarif
Rp25.000 per kamar.
Sedangkan sumber air panas di kawasan Sumur
Putri-Kali Akar di Kota Bandarlampung, menurut Kepala Desa Sumur Putri
Kecamatan Telukbetung Selatan, Datarman, hingga saat ini belum dikelola,
baik oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.
Sebenarnya
masyarakat setempat menghendaki adanya pengelolaan sumber air panas itu,
antara lain melalui Lembaga Musyawarah Desa (LMD). Pihak kelurahan
setempat sudah meminta warga melalui LMD dapat mengajukan usulan
pengelolaan kawasan Sumur Putri-Kali Akar tersebut.
Beberapa
titik sumber air panas di sini, antara lain terdapat di tempat pemandian
umum Sumur Putri yang hingga kini masih digunakan warga untuk mandi dan
mencuci, dengan sumber air dari dalam sumur yang telah dibeton
sekelilingnya secara permanen berasa hangat dan makin panas pada bagian
bawahnya. Sayangnya, kondisi pemandian umum Sumur Putri ini kini
terlihat dikotori sampah di sekitarnya, bekan aktivitas mandi dan
mencuci warga setempat.
Selain itu, sarana kamar mandi dan kakus
(MCK) yang ada di sebelahnya, sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi.
Semak dan reremputan di sekitarnya juga sudah merimbun tak terawat
lagi.
Titik sumber air panas lainnya terdapat di bawah jembatan tak jauh dari Sumur Putri-Kali Akar.
Sumber
air panas ini keluar dari bebatuan di bawah jembatan yang menjadi
pembatas wilayah Kecamatan Telukbetung Selatan dan Telukbetung Timur.
Ikan
dan udang yang ada di sungai ini, saat berada di dekat sumber air panas
menjadi mati, karena terkena air panas yang memang saat disentuh terasa
panasnya.
Terdapat pula sumber air panas berupa sumur yang
berada di permukiman warga setempat, beberapa ratus meter dari jalan
utama di depannya.
Sumber air panas lainnya yang sudah
direncanakan akan dikelola warga dan menjadi objek wisata berada di
kawasan air terjun Lembah Pelangi Desa Sukamaju Kecamatan Ulubelu
Kabupaten Tanggamus.
Pejabat Kepala Pekon Sukamaju Bihukman Hadi,
membenarkan saat ini status pengelolaan kawasan air terjun Lembah
Pelangi yang semula bernama air terjun Pondok Rejo itu, masih dalam
usulan pengesahan oleh Pemerintah Kabupaten Tanggamus sebagai salah satu
objek wisata di daerah ini.
"Mudah-mudahan Pemkab Tanggamus
segera mengesahkan kawasan air terjun Lembah Pelangi ini sebagai objek
wisata di daerah ini," katanya.
Warga setempat sudah mengetahui
keberadaan sumber air panas itu, terdapat beberapa titik yang berada di
bawah air terjun Lembah Pelangi. Karena itu, setiap hari libur, ada saja
warga setempat maupun pengunjung dari luar daerah yang datang ke sini.
Apalagi setelah akses jalan masuk dari jalan desa sejauh 700--1.000
meter menuju kawasan air terjun dan air panas di Lembah Pelangi ini
telah bersama-sama gotong royong dibuka oleh warga kampung ini beberapa
bulan lalu.
Warga setempat mengharapkan, kawasan ini terus
dibenahi fasilitasnya, terutama akses jalan masuk dan beberapa sarana
infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya, sehingga makin banyak
didatangi dan dikenali masyarakat secara lebih luas.
Daya tarik
berupa adanya pelangi pada siang hari, karena cipratan air terjun yang
memancar terkena panas matahari sehingga menimbulkan pantulan cahaya
berwarna-warni serupa pelangi, menurut Pj Kades Sukamaju, Bihukman Hadi,
merupakan pesona alam tersendiri yang sulit ditemui di tempat lain.
Ditambah lagi adanya sumber air panas alami di sini. Pemandangan alam
sekitarnya juga asri, dan sepanjang jalan masuk walaupun harus meniti
lembah dan menaiki bukit, tapi memberikan daya tarik agrowisata
tersendiri.
"Datang ke sini, selain dapat menikmati air terjun
alami setinggi ratusan meter dengan air bergemericik dan suasana sejuk,
sekaligus dapat menyaksikan secara langsung adanya pelangi di kawasan
lembah di sini. Selain itu, setelah merasa kedinginan lalu dapat menurun
sedikit untuk merasakan sensasi berendam dalam air panas alami di kaki
air terjun di sini," ujarnya lagi.
Di Kabupaten Lampung Selatan,
terutama di kaki dan lereng Gunung Rajabasa, terdapat pula banyak sumber
mata air panas dan air belerang yang lokasinya berpencar di sejumlah
desa dan kecamatan, antara lain Kecamatan Kalianda dan Rajabasa.
Di
Desa Sumur Kumbang dan Pematang terdapat beberapa sumber mata air panas
yang sudah menjadi sarana pemandian umum oleh warga setempat. Namun
belum dikelola sebagai objek wisata.
Tapi beberapa sumber mata
air panas dan air belerang di sini, telah dikelola baik oleh masyarakat
maupun perorangan/perusahaan dan pemerintah setempat.
Menurut
Purnawardi, pengelola objek wisata Pemandian Air Belerang di Kalianda
Lampung Selatan, kawasan ini sudah dikelola sejak zaman penjajahan
Belanda, kemudian diambil alih pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Kabupaten Lampung Selatan melalui pengelolaan oleh Dinas Pariwisata
Lampung Selatan.
"Kawasan pemandian ini luasnya sekitar 2,5
hektare, ditangani oleh dua PNS Dinas Pariwisata yang ditugaskan di
sini, dibantu lima orang pekerja lepas," ujarnya.
Namun dia
menegaskan bahwa pengelolaan pemandian air panas belerang ini bersifat
nonprofit, mengingat dana yang diterima dari pengelolaannya tidak
seimbang dengan biaya perawatan yang diperlukan.
Tiket masuk ke
area ini Rp10.000 per orang, namun biaya perawatan fasilitas yang
tersedia relatif lebih besar dibandingkan dana yang diperoleh dari tiket
masuk itu.
"Keberadaan pemandian air belerang ini memang bukan
sekadar untuk mencari untung, melainkan bertujuan untuk mendorong
perekonomian masyarakat di sekitar sini," kata dia lagi.
Terdapat
banyak titik sumber mata air panas belerang di sini, termasuk
titik-titik sumber air panas dalam skala kecil di luar bak air panas
belerang yang kini sudah dikelola serupa kolam renang untuk pemandian
umum itu.
Hasil salah satu penelitian yang pernah dilakukan di
kawasan Gunung Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan, menunjukkan adanya
lima manifestasi panas bumi ditemukan di kaki Gunung Rajabasa pada
bagian utara dan selatan.
Lima manifestasi ini, berupa mata air hangat, mata air panas, geyser, kolam lumpur, dan fumarola
Manifestasi
panas bumi di Gunung Rajabasa ini, antara lain mata air hangat di
Rajabasa, mata air hangat Sumur Kumbang, mata air hangat Kecapi, kolam
lumpur dan fumarola Kunjir, dan geyser Gunung Botak.
Lampung
menyimpan potensi panas bumi yang memancar alami dari alam, dan menurut
para ahli berwenang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif,
sarana rekreasi dan objek wisata alam, maupun sarana terapi dan
pengobatan berbagai jenis penyakit.
Pengembangan semua potensi
air panas itu, sebagian di antaranya menunggu kiprah dan uluran tangan
para pihak yang peduli, untuk menggali dan memanfaatkan potensi air
panas berlimpah di provinsi "Sai Bumi Ruwa Jurai" (Saburai) ini.
Berendam Air Panas di Lampung, Terapi dan Rekreasi Sehat
....Mudah-mudahan Pemkab Tanggamus segera mengesahkan kawasan air terjun Lembah Pelangi ini sebagai objek wisata di daerah ini," katanya...