Pos Kesehatan Indonesia "Primadona" Di Nepal

id korban gempa Nepal, bantuan kemanusiaan Indonesia untuk Nepal

Pos Kesehatan Indonesia "Primadona" Di Nepal

Dokter Indonesia dalam koordinasi Humanitarian Forum Indonesia, dr Andreas Andoko, sedang memeriksa kesehatan pasien di Desa Satunggal Nepal, Jumat (22/5). (Humanitarian Forum Indonesia/Istimewa)

...pada hari pertama bertugas di sini, ada 250 orang dilayani
Bandarlampung (Antara Lampung)- Posko kesehatan Indonesia yang didirikan di Desa Satunggal Nepal setiap harinya selalu dipadati warga setempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
      
"Dalam pelayanan poliklinik, tenaga medis Indonesia yang hanya tiga orang tidak mengalami kesulitan melayani pasien-pasien yang jumlahnya berkisar 150-200 per hari, karena mulai dari pendaftaran, pemanggilan pasien ke kamar periksa, timbang dan tensi, penterjemah bagi tiap dokter Indonesia dan pelayanan pemberiaan obat; semuanya terorganisir baik oleh masyarakat setempat," kata dr Andreas Andoko, dokter Indonesia yang tergabung dalam Humanitarian Forum Indonesia, saat dihubungi di Nepal, Jumat.
     
Indonesia sejauh ini sudah dua kali mengirimkan tim kemanusiaan untuk membantu masyarakat Nepal.
     
Tim Pertama berangkat pada 28 April 2015 dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Mereka terdiri dari personel TNI, Kemenkes dan BNPB. Fokus bantuan mereka pada pelayanan rumah sakit lapangan dan pengiriman logistik.
     
Pemerintah Nepal menetapkan Desa Satunggal Distrik Chandragiri, Kathmandu sebagai daerah operasi operasi Tim Pertama Kemanusiaan Indonesia itu, dan tugas mereka berakhir pada 15 Mei 2015.
     
Sedangkan Tim Kedua berangkat dibawah koordinasi Humanitarian Forum Indonesia. Anggota Forum yang memberangkatkan Tim Kedua ini adalah Rebana (dr Andreas Andoko), Muhamadiyah Disaster Management Center (dr Corona Rintawan), dan Yakkum Emergency Unit (Zr Heri Purwadi). Tim kedua ini berangkat pada Sabtu (16/5) dari Jakarta, dan tiba di Kathmandu, Nepal, setelah menempuh 12 jam penerbangan.
     
Sehubungan hari Minggu adalah hari kerja di Nepal, tim kemanusiaan Indonesia berusaha menjalin koordinasi dengan pihak Foreign Medical Team yang dikoordinir oleh Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Nepal. Setelah itu, ketiga relawan HFI menuju ke daerah operasi di Desa Satunggal.
     
"Kami sebenarnya belum berhasil mendapat izin berpraktik medis dalam koordinasi tersebut sehingga belum boleh menjalankan pelayanan kesehatan. Namun sesampainya di lokasi, melihat ratusan orang sudah menanti untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, sulit bagi kami untuk hanya berdiam diri.  Atas persetujuan tokoh-tokoh masyarakat dan kepala Pos Pelayanan Kesehatan setempat, akhirnya kami bertiga boleh melayani masyarakat hingga petang. Pada hari pertama bertugas di sini, ada 250 orang dilayani," kata dr Andreas Andoko yang juga Direktur Utama RS Baptis Indonesia itu.
     
Ia juga menyebutkan masyarakat Nepal menyambut baik kedatangan tim bantuan kemanusian Indonesia karena mengedepankan pendekatan berbasis masyarakat setempat.
     
"Maksud pendekatan berbasis masyarakat adalah menempatkan mereka sebagai pelaku utama, sementara bantuan dimaksudkan hanya sebagai pendamping dan penolong. Pola ini sudah dilaksanakan di Indonesia dengan program desa siaga. Pendekatan ini sudah sejak awal disampaikan dan disepakati masyarakat melalui tokoh-tokoh mereka," katanya.
    
Daerah yang paling merasakan dampak gempa berkekuatan 7,9 SR yang mengguncang Nepal pada  25 April lalu adalah Provinsi Gurkha. Sementara korban tewas di Desa Satunggal, berdasarkan data tim pertama bantuan kemanusiaan Indonesia, berkisar 20 orang. Namun, jumlah korban di Desa itu yang terkena dampak gempa tersebut mencapai 12 ribu orang, seperti tempat tinggal mereka rusak atau rata dengan tanah.
     
Tim bantuan kemanusiaan Indonesia yang pertama telah membangun tenda-tenda semipermanen, yang menampung lebih dari dua ratusan pengungsi, serta membagikan makanan siap saji yang bergizi.
     
Sementara Tim Kedua Kemanusiaan Indonesia fokus pada masalah pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat.