Mahasiswa Lampung Demo Soal Pendidikan, Buruh, Jurnalis

id Demo Mahasiswa Lampung

Mahasiswa Lampung Demo Soal Pendidikan, Buruh, Jurnalis

Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan BEM beberapa perguruan tinggi melakukan aksi demo di Bundaran Tugu Adipura Bandarlampung, Senin (4/5). (FOTO: ANTARA Lampung/Kristian Ali)

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Ratusan mahasiswa dari sejumlah elemen intra dan ekstra kampus di Bandarlampung, Senin (4/5), melakukan aksi demo terkait permasalahan pendidikan, buruh, dan kemerdekaan pers.

Aksi demo yang dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Lampung bersama aktivis badan eksekutif mahasiswa (BEM) dari beberapa perguruan tinggi di Bandarlampung itu, berlangsung di Bundaran Tugu Adipura Bandarlampung.

Tuntutan yang diangkat para mahasiswa itu adalah perbaikan pada sektor pendidikan secara menyeluruh oleh pemerintah dengan mengalokasikan dana untuk pendidikan lebih besar daripada sektor lain.

Para mahasiswa itu juga menuntut perbaikan nasib buruh di Indonesia yang umumnya belum menerima upah secara memadai, jauh dari kondisi sejahtera.

Demo ini juga menyoal kemerdekaan pers yang ada di Indonesia belum diimbangi dengan perlakuan yang baik bagi para pekerja media, serta masih adanya ancaman dan tindak kekerasan dialami institusi pers maupun para jurnalis.

Mahasiswa menyebutkan sejumlah kasus kekerasan maupun intimidasi serta diskriminasi masih dialami para jurnalis di Lampung, seperti dialami jurnalis Harin Tribun Lampung Ridwan Hardiansyah yang sempat menjadi korban penggerebekan dan salah tangkap pihak kepolisian di daerah ini.

Mereka menegaskan bahwa keberadaan pers sangat berpengaruh bagi aspek politik, ekonomi, sosial maupun budaya di tengah masyarakat, sehingga pers harus benar-benar dilindungi secara hukum.

Aksi demo mahasiswa ini sekaligus memperingati Hari Buruh 1 Mei, Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, dan Hari Kebebasan Pers Sedunia 3 Mei,

Sebelumnya, pada peringatan Hari Kemerdekaan Pers Sedunia, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung pada Minggu (3/5) menggelar aksi simpatik dengan cara membagikan stiker tentang kemerdekaan pers dan perlunya perlindungan serta kesejahteraan waryawan yang dibagikan kepada masyarakat umum.

Aksi dilakukan Bundaran Tugu Adipura Bandarlampung ini, menurut Ketua AJI Bandarlampung Yoso Muliawan diisi dengan permberian stiker untuk menyosialisasikan kebebasan pers di Indonesia.

Menurutnya, salah satu hal pokok yang menjadi perhatuan AJI adalah kekerasan yang masih dialami para jurnalis saat bertugas atau berkaitan dengan pelaksanaan tugas jurnalistiknya.

"Diberbagai daerah banyak jurnalis yang mengalami kekerasan dan intimidasi saat menjalankan tugasnya," kata dia lagi.

Dia mengingatkan, kondisi tersebut harus mendorong para jurnalis bisa menjaga harga dirinya dan integritas profesinya, jangan sampai pekerjaan ini digunakan untuk hal yang tidak baik, seperti melakukan pemerasan.

"Tindak kekerasan dialami wartawan biasanya disebabkan oleh perilaku jurnalis yang kurang baik," kata dia lagi.

Yoso menegaskan, apabila jurnalis berperilaku baik, tentunya narasumber akan memberikan rasa hormat dan merasa aman. "Narasumber juga jangan takut pada jurnalis, sebab Jurnalis bukanlah pembawa petaka," katanya pula.

Berkaitan kondisi kebebasan pers di Lampung, Yoso menilai sudah baik, justru yang perlu serta harus diperbaiki adalah pemberitaan yang harus mengedepankan fakta serta kepentingan publik.

"Saya mengimbau kepada media massa dan para jurnalis, agar selalu mengedepankan fakta dalam setiap pemberitaannya," katanya lagi.

Hari Kebebasan Pers Sedunia ini berasarkan Declaration Of Windhoek, sebuah pernyataan perinsip kebebasan pers yang dibuat oleh jurnalis surat kabar Afrika pada 1991.

PBB pun menjadikan hari ini sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran kebebasan pers dan mengingatkan pemerintah akan tugasnya untuk peduli dan menghargai kebebasan berekspresi.