Geliat Kreativitas Film Indie dari Lampung

id Film Indie

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - "Agus dan Agus, kamu mau menikah dengan perempuan atau laki-laki," ujar ayah Agus.

"Perempuan!".

"Dia bernama Agustina dan biasa dipanggil Agus," jawab Agus.

"Perempuan kok namanya Agus, seperti tidak ada nama lain saja, aneh keluarga calon istrimu," kata ayah Agus lagi.

"Namaku Agus, nama ayah sendiri juga Agus, seperti tidak ada nama lain saja. Aneh keluarga kita ini," ujar Agus.

Demikian sepenggal percakapan dalam adegan film berjudul "Agus dan Agus" yang ditampilkan dalam acara Screening Film pada Festival Film Indie (FFI) Lampung 2015 yang digelar Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer dan Film Club (UKM DCFC) IBI Darmajaya di Bandarlampung.

Banyak film indie lainnya yang diputar pada acara Screening Film yang digelar UKM DCFC IBI Darmajaya pada tanggal 20--24 April 2015.

Sebanyak 127 karya bersaing pada FFI Lampung 2015 untuk memperebutkan 13 nominasi terbaik yang akan dimumkan pada Malam Anugerah, 2 Mei mendatang.

Juri yang akan terlibat, yakni Benny Kadarhariarto, Sahrul Gibran, dan Robby Ertanto Soediskan.

Film "Agus dan Agus" ini berasal dari Bandarlampung yang menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang meminta ayah dan ibunya untuk melamar seorang gadis.

Disutradarai oleh Aji Aditya yang juga seorang jurnalis, film ini berhasil menarik perhatian penonton dengan alur cerita yang sederhana dan sedikit sentuhan komedi.

Penonton Screening Film FFI Lampung 2015 Jenia Lestari mengatakan bahwa film ini menghibur dan memberikan pengetahuan tentang adat istiadat sebelum pernikahan di Lampung.

"Filmnya lucu, pembicaraan yang dibawakan pemeran membuat penonton tertawa. Alur cerita yang sederhana, membuat pesan dari film ini sampai ke penonton," ujarnya pula.

Bahasa daerah Lampung digunakan pemeran film ini dalam berdialog, suara musik dan lagu khas Lampung disuguhkan sebagai latar cerita.

"Pemeran dalam film ini menggunakan bahasa daerah Lampung, mungkin beberapa penonton tetap mengerti apa yang dibicarakan tanpa membaca teks terjemahannya. Menggunakan bahasa Lampung, musik dan lagu Lampung, memberikan kesan khas dari daerah asal film ini," kata Jenia lagi.

Tidak hanya "Agus dan Agus", karya-karya film indie dari penjuru wilayah di Indonesia berhasil menyedot perhatian penonton saat diputar.

Tema film yang ditampilkan pada FFI Lampung 2015 juga beragam, mulai dari drama percintaan, politik, kekerasan remaja, action, komedi, hingga horor. Tidak sekadar menghibur, film-film tersebut diakui peserta sangat membantu mereka dalam menambah referensi dunia perfilman.

"Film yang ditampilkan sangat bervariasi dan kreatif, mulai dari `setting` pengambilan gambar, suara, musik, cerita yang diangkat, hingga pencahayaannya. Ini menambah wawasan kami dalam membuat film. Sangat seru dan menghibur, kami jadi makin tahu banyak tentang film indie," kata dia pula.

Ketua UKM DCFC IBI Darmajaya Gusti Arifky menyebutkan sebanyak 127 karya film indie yang diputar dalam acara screening ini adalah peserta yang nantinya akan memperebutkan 13 kategori terbaik dalam FFI Lampung 2015 yang puncaknya dilaksanakan pada tanggal 2 Mei mendatang.

"Dalam screening dilakukan proses seleksi dari 127 karya menjadi 25 karya terbaik yang melibatkan juri lokal, sedangkan untuk penetapan 13 nominasi terbaik pada malam anugerah, kami mengundang sutradara nasional, yakni Benny Kadarhariarto, Sahrul Gibran, dan Robby Ertanto Soediskan sebagai juri," ujarnya lagi.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Sumber Daya IBI Darmajaya Novita Sari, S.Sos. M.M. mengatakan bahwa mahasiswa dalam berkreasi dan berprestasi tidak hanya di bidang akademik, tetapi juga di bidang lainnya, termasuk dunia perfilman.

Karya perfilman, kata dia, merupakan hasil kerja yang membutuhkan daya kreasi dan proses yang tidak mudah.

"Mudah-mudahan melalui `event` ini akan memotivasi peserta untuk lebih baik lagi dalam menghasilkan karya, serta merangsang minat atau daya tarik masyarakat terhadap dunia perfilman khususnya di Lampung," kata Novita lagi.

                                           Film Begal "Umpan"
Keren, hebat, dan pintar, mungkin kata-kata itu yang dapat menggambarkan sosok Binsar, pemeran utama pada film berjudul "Umpan" karya Unit Kegiatan Mahasiswa Darmajaya Computer and Film Club (UKM DCFC) IBI Darmajaya yang diputar dalam acara Screening Film di Aula Gedung Pascasarjana IBI Darmajaya.

Film yang disutradari oleh Ardian ini bisa menjadi rekomendasi bagi pencinta film "action" di Lampung. Menceritakan tentang seorang kapten polisi bernama Binsar yang memimpin timnya untuk menangkap kawanan begal.

Sosoknya yang tegas, bijaksana, tetapi tetap humoris menjadi panutan dan disegani oleh bawahannya. Binsar memiliki pemikiran dan ide yang cerdas dalam mengatur strategi. Umpan yang dirancang olehnya bisa memancing begal masuk dalam perangkap dan berhasil dilumpuhkan.

Asisten sutradara film Umpan Vina Mawarni mengatakan bahwa film ini mengangkat kasus pembegalan karena terinspirasi oleh pemberitaan yang belakangan ini ramai menjadi perbincangan.

"Akhir-akhir ini marak terjadi pembegalan motor. Permasalahan yang sedang hangat ini coba kami refleksikan ke dalam sebuah karya film," ujarnya.

Melalui film ini, dirinya berharap penonton dapat berhati-hati pada saat membawa kendaraan, khususnya pada malam hari dan di tempat yang sepi.

"Selain itu, sosok Binsar yang cerdas, bijaksana, tegas, dan humoris bisa menjadi panutan bagi pemuda," ujar Vina Mawarni.

Peserta Screening Film Komang Wardiasa mengaku suka dengan film Umpan yang memiliki genre "action" atau film laga.

"Jalan cerita filmnya seru, adegan perkelahiannya cukup menegangkan. Saya menyukai film ini baik dari segi pengambilan gambarnya, instrumen musik yang dipadukan, dan karakter yang dibawakan oleh pemeran utama," katanya pula.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Pengembangan Sumber Daya IBI Darmajaya Novita Sari mengatakan bahwa IBI Darmajaya senantiasa mendukung mahasiswa untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui UKM dan organisasi yang tersedia. Salah satunya UKM DCFC sebagai wadah guna menampung mahasiswa yang memiliki minat dan bakat pada dunia perfilman.

"Sebuah karya film merupakan salah satu bentuk kreativitas dan inovasi yang dihasilkan oleh mahasiswa. Semoga Festival Film Indie Lampung ini tidak hanya dijadikan ajang kompetisi, tetapi juga sebagai bentuk apresiasi kepada para pencinta film yang telah melahirkan karya terbaiknya. Diharapkan para sineas makin giat untuk menghasilkan karya yang berkualitas, dan masyarakat dapat termotivasi untuk memajukan dunia perfilman Indonesia, khususnya Lampung," ujarnya pula.

                                            "Bintang Yang Redup"
Setiap orang pasti punya impian dan harus berusaha untuk menggapainya. Meski banyak halangan dan rintangan yang menghadang, usaha serta kerja keras akan membawa pada kesuksesan.

Mungkin ini salah satu pesan yang disampaikan dalam film indie berjudul "Bintang Yang Redup" yang ikut diputar dalam acara Secreening Film dalam FFI Lampung 2015 ini.

Film karya mahasiswa IAIN Raden Lampung ini menceritakan tentang seorang siswa SMA bernama Billi yang memiliki kemampuan melukis.

Dia bercita-cita menjadi pelukis profesional. Namun, kedua orang tuanya tidak mendukung dan memaksa Billi untuk menjadi mahasiswa Jurusan Matematika.

Disutradarai oleh Jodi Prandika, film ini berhasil memancing emosi dan simpati dari penonton.

Peserta Screening Film dari SMK Negeri Bandar Lampung Dewi Istani mengatakan bahwa film ini membuatnya terharu.

"Kasihan dengan pemeran utama pada film ini. Dia memiliki impian yang tidak didukung oleh kedua orang tuanya. Kadang lingkungan dan orang di sekitar tidak mendukung impian kita. Akan tetapi, hal itu jangan sampai menurunkan semangat kita," ujar dia.

Diproduksi Rumah Film KPI, film ini memberikan inspirasi dan referensi penonton untuk lebih mengenal film indie.

"Film ini mengambil `setting` adegan di beberapa tempat yang tidak asing bagi masyarakat Lampung, seperti Lapangan Golf Sukarame, Jalan Ahmad Yani, dan SMA Negeri 15 Bandarlampung. Sebagai masyarakat Lampung, kami bangga bahwa minat dan perkembangan dunia perfilman indie di Lampung makin meningkat," kata Dewi Istani.

Novita Sari mewakili Rektor IBI Darmajaya Dr. Andi Desfiandi, S.E., M.A. berharap FFI Lampung 2015 yang digelar DCFC ini bisa memotivasi sineas Lampung untuk menghasilkan karya yang berkualitas.

"Meski peminatnya belum banyak, perfilman Lampung menunjukkan progres yang cukup baik. Mudah-mudahan dengan banyaknya festival perfilman dapat memotivasi peserta untuk menghasilkan karya yang berkualitas guna memajukan dunia perfilman Indonesia dan Lampung khususnya," ujar dia.

Novi menambahkan bahwa kreativitas film dapat membantu mahasiswa untuk berkreasi dan berinovasi dalam menghasilkan sebuah karya. Melalui film, mahasiswa dapat merefleksikan ide dan memberikan kritik sosial kepada pemerintah, aparat, maupun masyarakat untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Menurut dia, IBI Darmajaya turut berperan untuk memajukan dunia perfilman Indonesia dengan menggelar FFI Lampung 2015 yang dipelopori oleh UKM DCFC.

Festival Film Indie Lampung 2015 ini diharapkan dapat menjadi ajang kreasi film anak-anak muda Indonesia, termasuk menampilkan geliat kreativitas pembuatan film indie dari Lampung.