Nanda, Anak Nelayan Yang Gigih Bersekolah

id nelayan,sekolah di Lampung Timur

Nanda, Anak Nelayan Yang Gigih Bersekolah

Nanda di atas perahu orang tuanya (ANTARA LAMPUNG/Muklasin)

Sebagai seorang anak nelayan, Nanda yunita sari (18) yang tinggal di Kampung Nelayan di Desa Margasari Kabupaten Lampung Timur, siswi SMU Teladan Wayjepara di Kecamatan WayJepara dalam keterbatasan kemampuan ekonomi keluarganya tetap gigih berjuang demi bisa tetap bersekolah.
 
Nanda kelahiran 27 Juni 1997 adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Sutomo dan Supuriyatin yang keduanya sehari-hari bekerja sebagai seorang nelayan kecil pencari rebon sebagai bahan pembuatan terasi di Pulau Sekopong, sekitar 80 km dari Laut Desa Margasari.
   
Sebagai seorang anak nelayan kecil tak mudah baginya untuk bisa bersekolah.
   
Meski orang tua berpenghasilan pas-pasan, dan ia kerap terlambat melunasi biaya sekolahnya dan dengan uang saku yang seadanya tapi dia mengaku tetap bersemangat demi bisa sekolah.
   
"Bapak kan penghasilanya nggak tentu, kadang-kadang temen udah bayaran, saya belum karena bapak belum dapat uang. Meski sedih dan malu tapi saya tetap harus kuat biar bisa sekolah," kata Nanda Yunita Sari.
   
Ia mengaku terkadang harus tidak masuk sekolah dalam beberapa hari karena harus membantu orang tuanya bekerja.
   
Tapi saat ini dia bersyukur karena telah menyelesaikan sekolahnya di SMU Teladan Wayjepara.
   
Nanda yang juga baru saja mengikuti Ujian Nasional, yang berlangsung sejak 13 April hingga 15 April 2015, juga mengaku berkeinginan bisa meneruskan ke bangku kuliah setelah lulus sekolah pada tahun ini.
   
"Kalau ada biaya ya kuliah, pengenya sih bisa kuliah dan pengen ngambil jurusan Hukum," harapnya.
   
Nanda Yunita Sari adalah salah satu potret anak nelayan kecil di Kabupaten Lampung Timur yang tetap gigih bersekolah dalam himpitan ekonomi keluarga yang semakin sulit.
   
Sementara anak nelayan kecil lainya harus pasrah tidak bersekolah atau hanya bersekolah sampai ke tingkat Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena keterbatasan biaya dan alasan membatu orang tua untuk bekerja.