Semarang (ANTARA Lampung) - Tren batu mulia dan batu akik yang sedang "booming" akankah bertahan?
Pakar batu mulia Agus Rahardjo meyakini tren atau "booming" batu mulia belakangan ini akan bertahan lama dengan pergeseran tren berbagai jenis batuan mulia.
"Prinsip awal, perlu saya sampaikan bahwa 'booming' batu mulia ini akan bertahan lama. Bahkan, mungkin (tren batu mulia, red.) bisa sampai sepanjang masa," katanya di Semarang Jawa Tengah, Selasa (14/4).
Di sela "press conference" pameran dan lomba batu mulia bertajuk "The Indonesian Exotic Gemstone Exhibition" yang direncanakan berlangsung pada 28-31 Mei 2015 di DP Mal Semarang.
Ketua Kudus Indonesia Gemstone (KInG) itu menjelaskan proses terbentuknya batuan memerlukan waktu ribuan hingga jutaan tahun sebelum kemudian dieksplorasi dan diolah menjadi batu mulia.
"Eksplorasi batu-batuan mulia ini selalu berpindah-pindah tempat karena ketersediaan bahan. Makanya, ada batuan yang semakin lama semakin langka. Semakin langka harganya kian mahal," katanya.
Ia mencontohkan batu Bacan dari Kepulauan Halmahera, Maluku Utara yang dulu harganya hanya di kisaran Rp20 ribu, namun sekarang ini batu Bacan bisa berharga ratusan sampai miliaran rupiah.
"Jangan samakan batu mulia ini dengan tanaman yang bisa dibudidayakan, atau mungkin ikan Louhan yang bisa diternakkan. Seperti tren tanaman gelombang cinta yang tidak bertahan lama," kata Agus.
Pegiat komunitas batu mulia Ekalaya menambahkan tren batu mulia akan bertahan lama karena sejarahnya manusia sudah mengenal batu mulia sejak lama, setidaknya pada zaman Raja Namrud.
"Raja Namrud menggunakan batu Pirus. Pada abad pertengahan, sudah ditemukan Pirus sintetik yang dibuat dari pecahan batu Pirus dicampur putih telur. Dikenal dengan nama 'composite sintetik'," katanya.
Artinya, kata dia, kemunculan batu-batuan mulia sintetis ini juga memperkuat tren batu mulia sebagai alternatif batu asli yang kian hari semakin langka dan harga yang kian melangit.
Selain itu, Ekalaya mengatakan tren batu mulia sekarang ini juga menandai perbaikan tingkat ekonomi masyarakat, sebab batu mulia merupakan aksesoris yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
"Begini, kalau masyarakat masih susah untuk makan, 'masa' mikir batu mulia? Rawa Bening sebagai pasar terbesar batu mulia di Asia sudah ramai sejak 1997-an, sekarang lebih ramai," katanya pula.
Berita Terkait
Pengunjung Pantai Batu Kumbang capai 8.000 orang
Minggu, 14 April 2024 7:47 Wib
Polda Jambi hentikan angkutan truk batu bara jelang Lebaran
Rabu, 3 April 2024 11:46 Wib
Pj Bupati Lambar serahkan bansos 50 paket sembako ke warga
Jumat, 15 Maret 2024 10:43 Wib
Kejari Muarojambi lelang 1.625 ton batu bara, tapi tak laku
Kamis, 14 Maret 2024 18:35 Wib
Kereta batu bara PTBA telah normal kembali
Rabu, 13 Maret 2024 22:00 Wib
Dompet Dhuafa Waspada lakukan peletakan batu pertama pembangunan Rumah Tahfidz Nur Amnah
Sabtu, 9 Maret 2024 17:31 Wib
1.625 ton batu bara hasil tindak pidana dilelang Kejari Muaro Jambi
Senin, 4 Maret 2024 19:20 Wib
5.000 sopir angkutan batu bara terima bansos dari Pemprov Jambi
Rabu, 7 Februari 2024 20:15 Wib