Program Lampung Mengajar Terus Dikembangkan

id antaralampung.com, berita lampung terkini, Program Lampung Mengajar Terus Dikembangkan, lampung

Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Program Lampung Mengajar yang mengadopsi Gerakan Indonesia Mengajar dengan menempatkan para guru terpilih untuk mengajar di sekolah daerah terpencil di Provinsi Lampung, terus dikembangkan.

Kini, Program Lampung Mengajar itu memasuki tahun kedua, setelah dilaksanakan sejak tahun 2014.

Program Lampung Mengajar itu dikembangkan pesertanya menjadi lebih banyak, dengan sasaran sekolah juga bukan hanya di sekolah dasar (SD), dan insentif bagi gurunya yang juga dinaikkan dari sebelumnya.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung Hery Suliyanto melalui Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat, Fauziah, dalam Program Lampung Mengajar Tahun 2015 ini, ditargetkan menempatkan 100 guru muda terpilih untuk ditempatkan pada puluhan sekolah di daerah terpencil di seluruh Lampung.

Peserta Program Lampung Mengajar diseleksi secara khusus oleh sebuah tim, kemudian mereka yang terpilih juga harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan, sebelum benar-benar diterjunkan untuk mengabdi mengajar di sekolah sasaran yang ditetapkan.

Keberadaan Program Lampung Mengajar itu menjadi salah satu pembahasan penting dalam Rapat Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, akhir Maret 2015 ini.

Dalam rapat yang dipimpin Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Fauziah, terungkap rencana menerjunkan 100 guru dalam Program Lampung Mengajar tahun 2015 ini, dari sebelumnya tahun 2014 hanya 40 orang guru yang ditugaskan di daerah terpencil di seluruh Lampung.

Menurut Fauziah, Program Lampung Mengajar yang mengadopsi Gerakan Indonesia Mengajar itu, untuk tahun 2015 diperluas tidak hanya menempatkan guru di daerah terpencil untuk jenjang SD, tapi juga sampai SMA.

Ternyata sejumlah daerah di Lampung mengharapkan Program Lampung Mengajar ini memilih sasaran sekolah terpencil di daerah mereka.

Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Barat/Pesisir Barat berharap, Program Lampung Mengajar tetap menempatkan guru terpilih ditugaskan di sekolah kawasan Pulau Pisang dan sekolah terpencil di Wayharu Bengkunat Belimbing, mengingat keterbatasan guru tetap yang bersedia mengajar di tempat itu.

Menanggapi keinginan itu, menurut Fauziah, tahun ini pihaknya telah menetapkan sekolah-sekolah dan wilayah penempatan para guru dalam Program Lampung Mengajar tersebut yang tidak termasuk penempatan di Pulau Pisang.

Dia menjelaskan bahwa tim dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung dari Januari--Februari 2015, sudah melakukan survei dan menetapkan sebanyak 22 kecamatan pada 12 kabupaten di Lampung, dengan 42 sekolah menjadi prioritas penempatan guru di daerah terpencil dengan kuota 100 orang guru.

Mereka akan mulai ditugaskan pada Juli 2015, setelah para guru Lampung Mengajar tahun 2014 sebelumnya menyelesaikan tugasnya dan mulai pada tahun ajaran baru pendidikan di Lampung.

"Para guru itu harus menjalani pendidikan dan latihan selama 35 hari. Pemilihan dan penempatan mereka tidak asal-asalan," ujarnya lagi.

Para guru di daerah terpencil itu mendapatkan tunjangan Rp2,5 juta per orang per bulan, termasuk untuk biaya pemondokan mereka.

Menurut dia, keberadaan guru di daerah terpencil dalam Program Lampung Mengajar itu sempat menjadi perhatian saat Gubernur Lampung M Ridho Ficardo berkunjung ke Pulau Legundi dan ketemu dengan tim pengajar Lampung Mengajar di sana.

Ternyata, ujar Fauziah lagi, keberadaan mereka memberi dampak positif bukan hanya untuk siswa dan pihak sekolah setempat, tapi juga bagi desanya.

"Bagi guru peserta Program Lampung Mengajar yang berprestasi, bisa ikut seleksi menjadi guru tetap PNS," kata dia pula.

Di Provinsi Lampung, sebelumnya Program Indonesia Mengajar yang dicanangkan Anies Baswedan, telah menempatkan pula guru di daerah terpencil di Kabupaten Tulangbawang Barat sebagai bagian dalam program ini.

Gerakan Indonesia Mengajar Program Indonesia Mengajar (IM) merupakan program yang merekrut, melatih, dan mengirimkan generasi muda terbaik bangsa ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengabdi sebagai Pengajar Muda (PM) di sekolah dasar (SD) dan masyarakat selama satu tahun.

Penggagasnya adalah Anies Baswedan yang memulai Gerakan Indonesia Mengajar pada tahun 2009 untuk menjadi lebih dari sekadar program, tetapi sebagai gerakan untuk mengajak bersama masyarakat yang berikhtiar untuk berperan aktif mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai wujud upaya melunasi janji kemerdekaan.

Meyakini bahwa pendidikan dasar adalah fondasi pembangunan masyarakat Indonesia, maka Gerakan Indonesia Mengajar percaya bahwa pendidikan dasar untuk anak-anak di seluruh pelosok Indonesia wajib disampaikan dan didampingi oleh generasi terbaik bangsa.

Didasari juga oleh janji kemerdekaan, salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Gerakan Indonesia Mengajar mengambil inisiatif untuk mendampingi SD di berbagai pelosok Indonesia dengan merekrut, membekali, dan menempatkan sarjana-sarjana terbaik bangsa yang memiliki semangat mengabdi untuk mengajar di SD selama satu tahun.

Para pemuda yang dikirim sebagai guru SD ke daerah disebut sebagai Pengajar Muda.

Anies Baswedan adalah Ketua dari Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), dan juga Rektor Universitas Paramadina.

Sebagai inisiator, sejak pertengahan tahun 2009, Anies mulai mengajak beberapa kawan seide untuk membentuk GIM dan mendorong kemajuan pendidikan di Indonesia, bukan melalui seminar dan diskusi tetapi melalui program konkret mengirimkan sarjana terbaik Indonesia menjadi guru SD.

Pengajar Muda para guru hasil didikan GIM dalam proses rekrutmen angkatan I (2010), berhasil menarik 1.383 orang pendaftar dari seluruh Indonesia.

Pada angkatan II (2011), total pendaftar naik tiga kali lipat dan persentase penerimaan mencapai 1,5 persen dari 4.368 orang pendaftar yang merupakan sarjana lulusan univeritas dalam dan luar negeri.

Pendaftaran pada angkatan III (2011) mencapai 5.266 orang pendaftar, sedangkan untuk angkatan IV (2012) mencapai 8.501 orang pendaftar.

Sampai saat ini, Gerakan Indonesia Mengajar telah mengirimkan 241 orang generasi muda terpilih untuk menjadi Pengajar Muda yang ditempatkan di 134 desa di enam belas kabupaten di seluruh Indonesia.

Saat ini, Gerakan Indonesia Mengajar sudah menempatkan Pengajar Muda ke enam belas daerah di berbagai pelosok Indonesia, yaitu Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau, Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, Kabupaten Lebak Provinsi Banten, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat, dan Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur.

Pengajar Muda juga ditempatkan di Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Rote Ndao Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku, dan Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat.

Program Lampung Mengajar yang mengadopsi Gerakan Indonesia Mengajar ini, telah menjadi perhatian dan harapan pada Rapat Forum SKPD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung yang dihadiri stakeholders pendidikan di seluruh Lampung itu, sehingga menjadi terobosan untuk mengisi kekurangan guru di sejumlah kabupaten di Lampung.

"Guru di Kota Bandarlampung untuk guru SMP dan SMA sederajat sudah mencukupi, tapi untuk guru SD memang masih perlu penambahan, mengingat mereka yang segera memasuki masa pensiun," kata Sukarma Wijaya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandarlampung pula.

Permasalahan Pendidikan Lampung Dalam rapat yang memaparkan dan membahas Rencana Kerja Tahun 2015 Bidang Pendidikan di Lampung, disampaikan oleh para kepala bidang di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung dan Bappeda Lampung, terungkap pula sejumlah permasalahan pendidikan di daerah ini, termasuk belum merata distribusi dan penempatan guru di sekolah-sekolah daerah ini.

Pada rapat ini, para pejabat Dinas Pendidikan se-Lampung dan stakeholder terkait mengungkapkan permasalahan pendidikan di Provinsi Lampung, yaitu rata-rata lama sekolah hanya 7,89 tahun, berarti hanya sampai dengan kelas 1 SMP, program pendidikan 9 tahun belum optimal.

Angka Partisipasi Sekolah 16-18 tahun rendah hanya 64,36 persen, Angka Partisipasi Murni SMA rendah hanya 53,38 persen, angka buta huruf masih di atas rata-rata nasional yaitu 7,19 persen, dan rasio guru sudah ideal, namun distribusi guru tidak merata.

Sedangkan Bappeda Lampung memaparkan arah kebijakan pembangunan pendidikan Provinsi Lampung adalah menuntaskan Lampung bebas buta aksara melalui perluasan pendidikan formal, meningkatkan gerakan tingkat provinsi untuk membuka seluas-luasnya Paket A, Paket B, dan Paket C dengan paradigma mengedepankan aktivitas proses belajar mengajar, termasuk pembukaan SMP terbuka, SMA terbuka secara meluas di berbagai kabupaten di Provinsi Lampung.

Arah kebijakan lainnya adalah menuntaskan program pendidikan dasar 9 tahun, mengembangkan program pendidikan 12 tahun, mengembangkan dan meningkatkan model pendidikan kejuruan yang merespon kebutuhan dunia usaha, memfasilitasi pengembangan akademi komunitas di kabupaten/kota, memperkuat menajemen atau tata pamong sekolah, dan peningkatan kompetensi tenaga pendidikan dan manajemen kependidikan.

Kebijakan lainnya adalah melakukan pemerataan secara proporsional tenaga pendidik di seluruh kabupaten/kota, meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendukung pendidikan dan pemutakhiran teknologi pembelajaran, menyelenggarakan pendidikan berkarakter melalui pengembangan pendidikan partisipatif dan berbasis budaya lokal dan nasional, dan meningkatkan kemampuan dan budaya baca masyarakat, khususnya pada usia sekolah.

Khusus Program Lampung Mengajar diharapkan dapat mengisi kekurangan guru terutama pada sekolah daerah terpencil, mengingat umumnya sekolah terpencil itu di Lampung selalu mengalami kekurangan guru, akibat para guru enggan ditempatkan di sekolah ini.

Bagaimana nasib anak didik di sekolah-sekolah terpencil itu, jika tak ada guru atau kekurangan guru.

Salah satu sekolah terpencil di Kabupaten Pesisir Barat--pengembangan dari Kabupaten Lampung Barat--bahkan tidak memiliki guru tetap sama sekali, kecuali kepala sekolah yang merangkap guru tetap satu-satunya di sekolah itu.

Guru yang lain adalah guru honorer atau guru tidak tetap warga setempat yang secara sukarela dan dengan penghasilan sukarela pula, masih bersedia membantu mengajar di sekolah tersebut.

Artinya, nasib pendidikan anak didik di sekolah-sekolah terpencil di Lampung maupun berbagai daerah di Indonesia, masih akan sangat bergantung pada ketersediaan guru dan penempatan guru tetap maupun guru muda yang terpilih dalam Program Lampung Mengajar maupun Gerakan Indonesia Mengajar.