Insan Pers Harus Ubah Cara Berpikir

id pwi-r, cara, berpikir, ubah

Kita sebagai insan pers harus sadar peranan kita untuk mencerdaskan bangsa sangat vital sehingga cara berfikir 'bad news is a good news' harus ditinggalkan karena sudah usang."
Jakarta, (ANTARA Lampung) - Persatuan Wartawan Indonesia Reformasi (PWI-R) mengungkapkan insan pers di tanah air harus mengubah cara berfikirnya supaya fungsinya untuk mencerdaskan masyarakat luas berjalan dengan baik.
        
"Kita sebagai insan pers harus sadar peranan kita untuk mencerdaskan bangsa sangat vital sehingga cara berfikir 'bad news is a good news' harus ditinggalkan karena sudah usang," kata Sekretaris Umum PWI-R Yaya Suryadarma dalam acara Diskusi Wartawan yang mengusung tema 'Wajah Pers Kita Hari Ini' di Condet, Jaktim, Jumat.
        
Yaya mengatakan jika insan pers terus-menerus terpaku pada cara berfikir semacam itu maka akibatnya akan sangat berbahaya pada masyarakat luas seperti pengaruh buruk bagi kejiwaan mereka dan bisa juga menimbulkan konflik yang memakan korban jiwa.
        
"Karenanya sudah waktunya dirubah pemikiran tersebut menjadi 'inspiring news is a good news' karena masyarakat ini butuh sesuatu yang mencerahkan bukan yang menyulut kemarahan, kebencian atau hal negatif lainnya," katanya.
        
Lebih lanjut, Yaya mengatakan tugas yang diemban pewarta untuk mencerdaskan masyarakat dengan membuat berita yang menginspirasi bukan berarti meminta insan pers tidak menginformasikan sesuatu apa adanya sesuai fakta di lapangan.
        
Yaya menekankan adanya balance dalam pemberitaan dengan cara menerapkan prinsip pemberitaan yang berimbang atau cover both side sangat berperan di dalamnya. "Serta tidak membuat judul yang bombastis, seperti yang diamanatkan kode etik jurnalistik," ujarnya.
        
Lebih mendesak lagi, kata Yaya, setiap insan pers harus tahu dirinya bekerja demi masyarakat bukan sebagai alat propaganda yang efektif bagi pemilik modal yang sarat kepentingan pribadi.
        
"Kita seharusnya berperan sebagai pengontrol semuanya dengan pemberitaan sesuai kaidah jurnalistik yang berlaku," kata Yaya yang saat ini berkarya di majalah Gerakan.
        
Dia mencontohkan saat Pilpers tahun 2014 lalu ketika masyarakat ditunjukkan bagaimana keberpihakan pers di dalamnya, sehingga membangun opini publik bahwa media memiliki kepentingan terhadap kubu yang membayar.
        
"Hal itu sangat tidak etis, mustinya pers kita tetap konsisten dengan fungsinya. Jangan terlibat terlalu jauh," katanya.