Pertamina: Harga Vi-Gas Akan Turun

id pertamina-vi-gas, turun

Pertamina: Harga Vi-Gas Akan Turun

Vi-Gas Pertamina. ( Antara/Agus Bebeng )

Harga Vi-Gas yang Rp5.100 per liter itu adalah harga saat bahan bakar minyak premium Rp8.500 per liter. Secara bertahap akan disesuaikan harganya."
Jakarta, (ANTARA Lampung) - Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan harga bahan bakar gas untuk kendaraan (liquefied gas for vehicle/LGV) atau Vi-Gas akan turun.
        
"Harga Vi-Gas yang Rp5.100 per liter itu adalah harga saat bahan bakar minyak premium Rp8.500 per liter. Secara bertahap akan disesuaikan harganya," kata Ahmad dalam peresmian Stasiun Penyaluran Bahan Bakar Vi-Gas di SPBU Gandaria, Jakarta Timur, Kamis sore.
        
Menurut dia, harga LGV dipatok sekitar 75 persen dari harga BBM jenis premium. Dengan demikian, di kondisi harga premium saat ini Rp6.600 per liter, harga LGV seharusnya bisa lebih rendah dari harga eceran saat ini.
        
"Subsidi LGV untuk 2015 sudah diketok dalam APBN-P sebesar Rp1.500 per liter, tapi belum ada penegasan. Kalau turun sekitar Rp1.200 per liter sehingga harganya menjadi sekitar Rp4.000-an per liter," katanya.
        
Kendati harganya lebih mahal dari yang seharusnya, Ahmad meminta masyarakat tidak membandingkan LGV dengan bahan bakar minyak jenis premium.
        
Pasalnya, LGV yang terdiri atas campuran propana (C3 dan butana (C4) itu diklaim memiliki efisiensi yang lebih tinggi karena kadar oktannya lebih tinggi.
        
"Oktannya 98 yang lebih tinggi dari Pertamax Plus. Efisiensinya dan daya tempuhnya juga lebih tinggi. Daya tampungnya besar sekitar 40-45 liter sehinggan lebih fleksibel sedangkan tekanannya hanya 8 bar sehingga aman," katanya.
        
Vi-Gas merupakan merek bahan bakar gas untuk kendaraan (liquefied gas for vehicle/LGV) yang dikeluarkan perusahaan itu.
        
LGV itu dijual kepada konsumen dengan harga eceran Rp5.100 per liter, cukup jauh berada di bawah BBM jenis premium dan pertamax.
        
Perseroan mencatat konsumsi Vi-Gas (LGV) dan Envogas (produk CNG) baru mencapai 0,1 persen dari konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi.
        
Kendati demikian, pertumbuhan konsumsi LGV telah meningkat rata-rata sekitar 40 persen per tahun dari semula 185 kiloliter pada 2008 menjadi 1.000 kiloliter pada 2013.