Meneladani Sisi Humanis Toeti Adhitama

id Toeti Adhitama

Jakarta (ANTARA Lampung) - Penyiar senior Prahastoeti binti Prayitno atau biasa disapa Toeti Adhitama tutup usia di umur 80 tahun pada Minggu karena sakit.

Melalui akun Twitter, anak pertama Toeti, Tya Adhitama mengungkapkan penyiar Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang terkenal sebagai pembawa acara "Dunia Dalam Berita" era 80-an itu  wafat pukul 00.05 WIB di kediamannya Taman Lestari Indah, Blok W-8A, Lebak Bulus.

Jenazahnya dikebumikan di Benefaction Garden, Mercy Mansion, Space Nomor 8, San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, usai  

Meski kini sosoknya telah berpulang, dia meninggalkan beberapa nilai keteladanan yang dapat ditiru, termasuk di dalamnya sisi humanisme.

Perempuan kelahiran Madiun, Jawa Timur, 19 Februari 1935 itu pernah mengungkapkan alasannya mencintai profesi sebagai wartawan adalah karena profesi itu menjunjung tinggi humanisme.

"Mengapa saya demikian cinta kepada profesi yang sudah saya tekuni setengah abad, karena saya percaya bahwa kewartawanan itu menjunjung tinggi humanisme," ujar dia kala itu.

Sisi humanis Toeti juga terlihat oleh rekan kerja Toeti di Media Group, Suryopratomo yang datang melayat di rumah duka.

Suryopratomo mengatakan, semasa hidup Toeti adalah sosok yang mencerahkan sesama melalui informasi-informasi yang disampaikannya pada publik.

"Semasa hidupnya beliau merupakan sosok yang luar biasa. Seperti di 'Dunia Dalam Berita'," katanya.

"Beliau bisa mendapatkan informasi-informasi pencerahan pada saat itu. Beliau betul-betul menjadi model yang harus menjadi pelajaran bagi presenter masa kini," ujar dia pula.

Karena itu, sudah sewajarnya Toeti menjadi panutan wartawan masa kini karena pengabdian dan kesetiaannya di dunia jurnalistik.

Hal itu terlihat karena kesetiaannya itu, lulusan Virginia University itu dianugerahi Kartu Pers Nomor Satu (Press Card Number One/PCNO) pada 9 Februari 2010 di Palembang, Sumatera Selatan oleh Komunitas Hari Pers Nasional (HPN).

Komunitas ini terdiri atas Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan Serikat Perusahaan Pers (SPS).

Selain itu, Serikat Grafika Pers (SGP), Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I).

Perjalanan karir jurnalistik perempuan yang pernah menempuh pendidikan di BBC London ini selepas menjadi penyiar TVRI antara lain memimpin Majalah Eksekutif selama 20 tahun, mulai 1979-1999. Kemudian pada 1999 Toeti bergabung dengan Media Group hingga akhir hayatnya.

Toeti juga dikenal masih tajam dalam menulis kolom untuk Media Indonesia hingga akhir hayatnya.

Selain sebagai wartawan, Toeti juga pernah sebagai politisi ketika aktif di kepengurusan Partai Golongan Karya (Golkar) periode Ketua Umum M Jusuf Kalla.

                                                 Penuh Kasih
Meskipun Toeti mendedikasikan seluruh waktunya untuk jurnalistik, tapi ia tidak pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu.

Putri kedua Toeti, Dian Adhitama mengatakan, ibundanya adalah sosok pengasih dan penyayang pada semua orang. "Ibu sangat pengasih. Penyayang banyak orang," kata Dian.

Walau pengasih dan penyayang, almarhumah selalu mengajarkan kemandirian pada anak-anaknya agar mereka tidak menjadi anak yang manja.

Menurutnya, ibunya selalu memancarkan ketegasan dalam lemah lembut kasihnya.

Selain kepedulian pada keluarga, Toeti juga sosok yang memiliki kepedulian pada lingkungan sekitar. hal tersebut terbukti dari--meskipun memiliki jadwal yang padat--ia banyak memberikan sumbangsih di sekitar tempat tinggalnya.