Barongsai, Sinergi Gotong Royong-Olahraga

id Barongsai

Bandung (ANTARA Lampung) - Suara tabuh genderang dan simbas mengiringi gerakan barongsai yang energik menghibur penonton di kawasan Trans Studio Mall Kota Bandung, Jawa Barat akhir pekan lalu.

Kostum pemain grup barongsai Lucky's Lion yang serba merah-emas itu semakin memeriahkan suasana perayaan tahun baru Imlek 2566 Saka yang jatuh pada hari Kamis (19/2).

Dengan lincah para pemain yang diselimuti kostum menyerupai ular naga asal Tionghoa itu meliuk-liuk, melompat dan beratraksi layaknya pertunjukan sirkus.

Meski sangat kental dengan kebudayaan Tionghoa, pemain-pemain barongsai tersebut justru berasal dari warga lokal.

Rizky Abdul Gani adalah salah satunya. Bocah 14 tahun itu belum satu bulan belajar memainkan barongsai, tetapi sudah bisa tampil di hadapan penonton.

"Saya bercita-cita untuk jadi atlet barongsai," kata bocah yang akrab disapa Iki itu.

Iki menyebutkan mulai tertarik menggeluti kesenian yang sudah diakui sebagai cabang olah raga itu karena ajakan temannya yang sudah lebih dahulu bermain barongsai. Meski bukan berasal dari etnis Tionghoa, Iki merasa senang bisa memainkan barongsai.

"Awalnya takut, tapi setelah terbiasa saya senang bisa salto-salto," kata personel termuda grup barongsai yang baru berjalan tiga tahun itu.

Michael selaku ketua dan pelatih Iki menilai baik kolaborasi pemain dari etnis Tionghoa dan warga lokal. Barongsai menurutnya bisa menjadi sarana pemersatu bangsa.

"Apa salahnya kita bergabung? Sejauh ini hasilnya bagus-bagus saja," kata pemilik grup barongsai termuda se-Indonesia itu.

Kelompok barongsai yang dipimpinnya itu kini beranggotakan 32 pemain yang berasal dari warga lokal dan 8 orang yang berasal dari etnis Tionghoa.

Bagi pria berusia 22 tahun itu, belajar barongsai adalah soal disiplin, kekompakan, dan kerja sama. Namun, nilai yang harus dijunjung tinggi pemain barongsai menurutnya adalah kerendahan hati.

"Ketika kita sudah bisa dan semakin jago bermain barongsai, rasa sombong itu bisa muncul dan itu yang akan menghalangi kita untuk selalu belajar," katanya.

Serupa dengan Michel, salah satu pemain barongsai yang berasal dari etnis Tionghoa lainnya, Yudi Kim menyatakan kekompakan adalah elemen pertama yang harus dibangun di antara para pemain barongsai.

"Menurut saya, dari manapun latar belakang pemainnya yang penting harus kompak," kata pria yang sudah menggeluti permainan barongsai selama sembilan tahun itu.

Selain itu, gotong royong menjadi nilai lain yang dibawa dalam permainan barongsai. Tanpa gotong royong, gerakan barongsai tidak bisa selaras.

"Nilai gotong royong itu seharusnya sekarang mulai ditumbuhkan kembali di masyarakat. Zaman saya dahulu masih kental budaya gotong royongnya, tapi sekarang cenderung hidup masing-masing," kata Wakil Ketua Grup Lucky's Lion, Ronny yang sekaligus paman dari Michael.

Ronny berharap melalui barongsai nilai gotong royong tersebut kembali subur, terutama di kalangan generasi muda.

                                                       Banjir Order
Sejumlah grup kesenian barongsai di Kota Bandung Jawa Barat "kebanjiran" order tampil menjelang Imlek.

"Order sudah banyak dan minta jadwal tampil hingga April, terutama untuk hiburan di hotel-hotel," kata Ronny.

Ronny menjelaskan, dia dan rekan-rekannya cukup melakukan persiapan fisik dan kostum agar bisa tampil prima saat perayaan nanti.

Barongsai tidak hanya pentas seni budaya, namun juga menjadi industri seni kreatif yang kian mendapat tempat di masyarakat.

Dia juga menjelaskan, grupnya akan ikut bergabung dalam kirab budaya "Cap Go Meh" yang akan diselenggarakan pada 14 Maret mendatang di kawasan Jalan Kelenteng dan Andir Kota Bandung.

"Kirab tersebut akan dimulai dari Jalan Cibadak, lalu belok ke arah Kebonjati sampai Pasar Baru, belok lagi ke arah Cibadak," katanya.

Ronny mengakui pada hari-hari biasa, grup atraksi barongsainya sering diundang untuk mengisi acara-acara, seperti hajatan sunatan atau kegiatan lainnya.

"Barongsai kian digemari oleh masyarakat lokal, untuk hiburan hajatan," kata dia.

Lebih lanjut Ronny menuturkan, pemain barongsai kini tidak sebatas dari etnis Tionghoa, tapi juga masyarakat di setiap daerah.

"Apalagi sekarang barongsai sudah bukan sekadar budaya, tapi juga olahraga, sehingga peminatnya kian bertambah," kata Ronny menambahkan.