PT GMP Kembangkan Pengolahan Sampah oleh Lalat

id Pengolahan sampah menggunakan lalat

PT GMP Kembangkan Pengolahan Sampah oleh Lalat

Lalat Tentara Hitam (black soldier fly-Hermatia illucens) yang dikembangkan di PT GMP untuk mengolah sampah menjadi bahan yang bermanfaat. (FOTO: ANTARA Lampung/Budisantoso Budiman)

Lampung Tengah (ANTARA Lampung) - Pabrik Gula PT Gunung Madu Plantations (GMP) di Kabupaten Lampung Tengah mengembangkan pengelolaan sampah menggunakan lalat tentara hitam (black soldier fly-Hermatia illucens).

Menurut Kepala Divisi Service, Business and Finance (SBF) PT GMP Gunamarwan di Site GMP Lampung Tengah, Jumat (14/11), pengelolaan sampah dari limbah rumah tangga itu menjadi green protein dengan memanfaatkan lalat tentara hitam.

PT GMP mendapatkan dukungan dari Prof Dr Agus Pakpahan, mantan pejabat yang menjadi peneliti, untuk mengembangkan pengelolaan sampah itu melalui pengujian skala laboratorium, rumah tangga dan lapangan, sampai akhirnya mendapatkan hasil seperti diharapkan. Pengujian ini masih dilanjutkan pada skala lebih besar.

Menurut Iwan Kurniawan, tim pengembangan sampah PT GMP, setelah dilakukan pengujian pengolahan sampah memanfaatkan lalat tentara hitam, ternyata sampah yang ada di lingkungan perusahaan ini dapat berguna dan tidak menimbulkan masalah lagi.

Sampah yang dapat diolah oleh lalat itu adalah sisa pengolahan tebu menjadi gula pasir berupa blotong atau endapan sisa pengolahan tebu, maupun sampah rumah tangga berupa sampah organik.

Sampah-sampah itu dengan bantuan lalat yang sengaja dibiakkan, terbukti dari hasil pengujian dapat mengolah sampah itu dengan mereduksi 80 persen sampah rumah tangga organik, di antaranya 20 persen menjadi protein yang dapat digunakan untuk makanan ternak. Sedangkan blotong dapat direduksi sekitar 10 persennya menjadi bahan yang berguna sebagai pupuk untuk tanaman maupun makanan ternak yang mengandung banyak protein.

Selain memanfaatkan sisa pengolahan gula tebu berupa blotong, PT GMP telah mengumpulkan sampah yang ada di lingkungan perusahaan ini, untuk diolah dengan bantuan lalat tersebut pada rumah tangga lingkungan perusahaan.

"Kami juga dapat mengubah perilaku warga terhadap sampah agar tidak menjadi masalah tapi justru menjadi bahan yang sangat bermanfaat untuk kita semua," katanya lagi.

Menurut Prof Agus Pakpahan, dengan pengelolaan sampah ini diharapkan masalah sampah dapat diatasi, sekaligus meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat di Indonesia.

Dia berharap teknologi biokonversi dengan memanfaatkan keberadaan lalat asli yang hidup di Indonesia ini pada akhirnya dapat membantu mengatasi masalah sampah di perkotaan dan permukiman warga maupun sisa olahan gula tebu di perusahaan dengan cara yang alami dan ramah lingkungan.

"Semua ini kekayaan alam yang diberikan Tuhan kepada kita di Indonesia, kenapa tidak kita manfaatkan sebaik-baiknya agar sampah-sampah yang selama ini menjadi masalah justru bermanfaat bagi kehidupan kita semua," ujar dia pula.