Menlu Perempuan Pertama Siap Jalankan Tugas

id Menlu Perempuan Pertama Indonesia

Jakarta (ANTARA Lampung) - Retno Marsudi, perempuan pertama yang dipercaya menjadi Menteri Luar Negeri Indonesia, siap menanti arahan Presiden Joko Widodo terkait dengan tiga agenda internasional yang akan berlangsung pada pekan kedua November 2014.

Tiga agenda tersebut adalah pertemuan puncak Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Kelompok Ekonomi G20.

"Akan ada tiga KTT yaitu KTT APEC di Beijing pada 10-11 November, KTT ASEAN di Myanmar pada 12--13 Nopember dan setelah itu KTT G20 di Australia 15-16 November. Saya kira itu antara lain yang akan disampaikan presiden pada saat sidang kabinet pertama nanti. Kita tunggu nanti apa arahan presiden," kata Retno di halaman Istana Merdeka Jakarta, Minggu (26/10), seusai pengumuman susunan Kabinet Kerja.

Pada Senin (27/10), Presiden Joko Widodo dijadwalkan menggelar sidang kabinet pertama setelah melantik seluruh menteri Kabinet Kerja.

Menurut Retno, program-program akan dibahas setelah sidang kabinet pertama tersebut namun ia mengaku siap untuk bekerja. "Beliau (presiden--red) sudah mengatakan ini kabinet kerja. Setelah pelantikan tidak ada kata lain selain bekerja dan bekerja."

Retno yang merupakan diplomat karir itu mengaku dihubungi oleh mantan Deputi Tim Transisi Andi Widjajanto pada Sabtu (18/10) dan bertemu langsung dengan Presiden Jokowi pada Senin (20/10) tengah malam.

"Pada Sabtu pukul enam waktu Den Haag saya mendapat telepon dari Pak Andi diminta untuk bertemu Pak Jokowi segera. Malam itu say a berusaha mendapatkan tiket. Pada Senin siang tiba di Jakarta dan pukul 17.15 kembali ditelepon Pak Andi saya diminta bertemu malam itu dengan bapak Presiden, Senin tengah malam," katanya.

Retno merupakan perempuan menlu pertama di Indonesia. Ia diperkenalkan oleh Presiden Jokowi sebagai diplomat karir dan sosok pekerja keras, tegas dan visioner.

Dengan demikian, Retno akan menjalankan tugas-tugas urusan luar negeri Indonesia, yang sebelumnya diemban Marty Natalegawa pada masa kepemimpinan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam sejarah pemerintahan nasional Indonesia, Retno merupakan menteri luar negeri ke-18, setelah Marty Natalegawa, Hassan Wirajuda, Alwi Shihab, Ali Alatas, Mochtar Kusumaatmadja, Soebandrio, Roeslan Abdulgani, Ide Anak Agung Gde Agung, Sunarjo, Moekarto Notowidigdo, Wilopo, Moh. Roem, Mohammad Hatta, Alexander Andries Maramis, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir dan Achmad Soebardjo.

Sebelum dipilih sebagai menteri luar negeri Kabinet Kerja, Retno merupakan duta besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda, berkedudukan di Den Haag.

Ia juga pernah menjabat sebagai duta besar Indonesia di Oslo, Norwegia, saat ia berusia 42 tahun -- usia yang relatif muda untuk menduduki jabatan tersebut.

Belum habis masa tugasnya di Oslo, diplomat karir itu sudah diminta kembali ke Jakarta untuk mengisi posisi sebagai Direktur Jenderal Amerika dan Eropa dan menjadi perempuan pertama dalam sejarah Kemenlu yang menduduki jabatan tinggi tersebut. Sebagai Dirjen, Retno bertanggung jawab mengawasi hubungan dan kerja sama Indonesia dengan 82 negara di Amerika dan Eropa.

Pada masa penugasan itu, Dubes Retno mendapat penghargaan berupa 'Order of Merit' dari Raja Norwegia pada Desember 2011, membuatnya sebagai orang Indonesia pertama yang menerima tanda jasa tersebut.