Koran-koran Jepang yang Dimuseumkan

id Koran Jepang Dimuseumkan

Bandarlampung (ANTARA Lampung) - Koran-koran Jepang itu dimuseumkan!
Bukan, bukan karena surat kabar sudah tiada lagi di negara Jepang, melainkan hanya sebagai bukti sejarah untuk diketahui dan dipelajari oleh seluruh warga Negeri Matahari Terbit tersebut.

Koran-koran lama itu disimpan pada sebuah museum yang diberi nama Japan Newspaper Museum. Benda-benda dalam gedung berlantai lima dan luas 5.200 meter persegi yang terletak di kota Yokohama, Jepang, tersebut dengan detil menceritakan sejarah lahirnya media massa Negeri Sakura dalam bentuk museum.

Beragam benda bersejarah yang berkaitan dengan media massa, khususnya surat kabar Jepang, dipajang pada etalase serta dinding yang memenuhi berbagai ruang eksebisi museum yang didirikan pada 12 Oktober tahun 2000.

Museum Surat Kabar Jepang yang menjadi bagian dari Gedung Pusat Komunikasi dan Media Yokohama berdekatan dengan gedung Museum Budaya Eurasia dan Museum Sejarah Kota Urban Yokohama. Ketiga bangunan museum tersebut berseberangan dengan stadion sepa kbola Yokohama Stadium.

Setelah masuk melalui pintu utama, tepat di lobi museum, pengunjung akan dihadapkan oleh sebuah mesin cetak besar dengan tinggi yang mencapai dua lantai. Tampak beberapa karat dan warna yang sudah menguning pada beberapa bagian mesin cetak.

Cerita sejarah surat kabar Jepang berada di lantai tiga, di mana koran Jepang pertama diterbitkan pada tahun 1871 masehi saat Jepang masih berada pada Dinasti Edo. Pada saat itu namanya adalah Kawara-ban, berisi informasi mengenai bencana yang ditulis di kertas dan disebarkan secara langsung kepada masyarakat.

Pengunjung diarahkan melewati lorong yang sengaja disusun mulai dari lahirnya surat kabar harian pertama, kemudian berkembang dan terus berkembang hingga beralih ke era yang lebih modern. Tak hanya surat kabar antik, ada juga berbagai alat kerja jurnalis masa silam seperti mesin ketik, kamera, serta berbagai jenis mesin cetak.

Satu hal yang paling berbeda adalah tampilan surat kabar yang tidak dicetak oleh mesin, melainkan ditulis tangan oleh wartawannya sendiri.

"Pada 2011 Jepang dilanda bencana gempa hebat, mesin cetak koran rusak sehingga wartawan menulis sendiri beritanya menggunakan tulisan tangan. Ini berlangsung selama enam hari," kata Manager Museum Surat Kabar Jepang Koji Akagi.

                                   Bervariasi
Media penyampaian kisah sejarah media massa pun dibuat bervariasi. Tak hanya lewat benda bersejarah dan keterangan di dekatnya, melainkan beberapa diorama dengan tampilan yang dibuat menarik.

Naik ke lantai lima, pengunjung akan dibawa pada nuansa yang berbeda. Di sini merupakan tampilan atau eksebisi media massa Jepang di era modern. Pada eksebisi ini terdapat beberapa gambar proses kerja wartawan yang dibuat tampak tiga dimensi. Replika ruang redaksi surat kabar pun juga ditampilkan untuk memberi pengetahuan pada masyarakat yang masih awam dengan dunia Jurnalistik. Di sini alat kerja wartawan yang dipamerkan sudah menginjak era modern. Kamera digital, OB Van, serta alat-alat pemancar untuk jurnalistik elektronik.

Pada bagian ini juga diperkenalkan jenis-jenis media massa yang ada mulai dari surat kabar, televisi, radio, hingga kantor berita. Museum ini menampilkan berbagai macam surat kabar dan kantor berita ternama di seluruh dunia. Harian Kompas dan Lembaga Kantor Berita Nasional Antara pun dapat ditemui di sini.

Sementara itu, di Tanah Air, keberadaan museum tersebut mirip dengan Museum Antara yang terletak di gedung Galeri Foto Jurnalistik Antara di Pasar Baru, Jakarta. Museum Antara yang terletak di lantai dua itu juga menceritakan sejarah terlahirnya kantor berita nasional pertama di Indonesia. Hanya saja, museum itu khusus berkisah mengenai sejarah Kantor Berita Antara yang didirikan oleh Adam Malik, Soemanang, AM Sipahoetar, dan Pandoe Kartawigoena. Bukan bercerita tentang lahirnya surat kabar di Indonesia yang dipelopori oleh RM Tirto Adhi Soerjo dengan Medan Prijaji-nya.

Karena itu pula, Museum Antara tak memiliki luas sebesar Museum Surat Kabar Jepang yang juga biasa disebut Newspark. Meski sedikit, benda-benda bersejarah yang dipajang di Museum Antara juga tak kalah seru berkisah tentang kelahiran kantor berita penyiar kemerdekaan Indonesia ke seluruh Indonesia pada tahun 1945. Museum Antara juga menggunakan medium komik atau gambar bercerita dalam mengisahkan sejarah.

                                  Biaya Sendiri
Jika di Indonesia memiliki asosiasi dan organisasi media massa serta wartawan seperti Dewan Pers, Persatuan Wartawan Indonesia, atau Aliansi Jurnalis Indonesia, Jepang juga memilikinya. Asosiasi itu diberi nama Japan Newspaper Publisher and Editors Association atau dalam bahasa Jepangnya Nihon Shinbun Kyokai menaungi 130 perusahaan pers di Jepang. Mulai dari 22 stasiun televisi, 104 surat kabar lokal dan nasional, serta empat kantor berita.

Asosiasi inilah yang membangun Pusat Komunikasi dan Media Jepang serta Museum Surat Kabar Jepang 14 tahun silam. ¿Dananya bukan dari pemerintah, ini dari asosiasi (pers di Jepang),¿ kata Akagi. Namun demikian, Akagi tidak terlalu tahu pasti berapa tepatnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun `taman berita¿ tersebut.

"Museum Surat Kabar Jepang ini merupakan representasi yang sangat baik tentang sejarah dan perkembangan media massa jepang. Kita, Indonesia, yang punya sejarah panjang tentang media massa sudah selayaknya memiliki museum seperti ini," kata salah satu pengunjung dari Indonesia Harry Noor.