Pasien Ebola AS Kritis

id ebola

Dallas,AS (Antara/Reuters) - Orang pertama di Amerika Serikat yang didiagnosa terkena virus Ebola dilaporkan kritis di rumah sakit Dallas dan tidak menerima obat eksperimental untuk virus itu kata pejabat kesehatan Amerika Serikat.
         
Thomas Eric Duncan jatuh sakit setelah tiba di Texas dari Liberia dua pekan lalu, semakin meningkatkan kekhawatiran atas epidemi Ebola terburuk dalam catatan yang menyebar dari Afrika Barat mulai Maret 2014. Penyakit yang ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tersebut telah menewaskan sedikitnya 3.400 orang dari hampir 7.500 orang yang dicurigai menderita virus itu.
         
"Pasien di Dallas yang kritis adalah satu-satunya pasien Ebola di Amerika Serikat," kata Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Dr Thomas Frieden kepada CNN "State of the Union" sepeti dilansir dari Reuters, Senin.
         
Frieden yang dijadwalkan memberikan penjelasan singkat kepada Presiden Barack Obama, Senin, mengatakan obat eksperimental ZMapp sudah habis dan obat yang diproduksi perusahaan Biofarmasi San Diego Mapp tidak akan tersedia dalam waktu dekat.
        
Obat percobaan kedua yang dibuat perusahaan Kanada Tekmira Pharmaceuticals Corp, "sangat sulit didapatkan oleh pasien," katanya kemudian menambahkan bahwa dokter dan keluarga pasien belum memutuskan apakah akan menggunakan obat tersebut.
        
"Sejauh yang kami pahami, obat eksperimental tersebut tidak digunakan," kata Frieden."Sampai dokter yang mengobatinya, pasien, dan keluarganya memutuskan untuk menggunakannya".
       
Juru Bicara Rumah Sakit Presbyterian Texas Health Dallas Wendell Watson mengatakan Duncan masih dalam kondisi kritis.
        
Sebelumnya pada Minggu (5/10) pejabat kesehatan setempat mengatakan sedang mencari seorang tunawisma yang memiliki "resiko rendah" sebagai salah satu dari 38 orang yang melakukan kontak dengan Duncan. Seorang juru bicara untuk pejabat politik Dallas County, Hakim Clay Jenkins, mengatakan bahwa orang tersebut telah ditemukan dan sedang dipantau.
        
CDC mengidentifikasi 10 orang paling berisiko yang pernah melakukan kontak langsung dengan Duncan. Namun tidak satupun dari mereka memiliki gejala, kata pejabat kesehatan itu.
        
Ebola adalah virus yang disertai demam, muntah dan diare, menyebar melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah atau air liur.

        
   Pasien Ebola Tiba di Nebraska    
   
Di negara bagian Nebraska, rumah sakit lain juga dilaporkan sedang bersiap-siap untuk menerima kedatangan pasien Ebola yang terjangkit virus di Liberia.
        
Juru bicara Nebraska Medical Center, Taylor Wilson, mengatakan akan mengidentifikasi pasien pria warga negara AS yang akan tiba Senin. Ayah pasien Ashoka Mukpo --seorang juru kamera NBC News yang terjangkit Ebola di Liberia-- mengatakan anaknya dibawa ke Nebraska untuk menjalani pengobatan pada Jumat (3/10), katanya seperti dikutip Reuters.
        
Sebelumnya, rumah sakit Nebraska telah merawat dan memulangkan Dr Rick Sacra, seorang misionaris Amerika yang terjangkit Ebola di Liberia bulan lalu.
         
Sacra dibawa ke UMass Memorial Medical Center di Worcester, Massachusetts, Sabtu, karena infeksi pernapasan namun negatif menderita Ebola, kata pejabat rumah sakit, Minggu.
         
Kasus Duncan menjadi perhatian pejabat kesehatan Amerika untuk ditangani secepatnya. Rumah Sakit Dallas mengaku awalnya tidak dapat mengenali penyakit mematikan ini dan mengirim pasien tersebut pulang dengan obat antibiotik, namun dua hari kemudian pasien itu kembali dengan ambulans.
         
"Isu tentang kesalahan diagnosis itu awalnya memprihatinkan," kata Frieden kemudian menambahkan bahwa pejabat kesehatan masyarakat telah melipatgandakan upaya meningkatkan kesadaran penyakit tersebut.
          
Frieden yakin penyakit tersebut tidak akan menyebar luas di Amerika Serikat karena para pejabat AS juga meningkatkan pengawasan mereka di Afrika Barat, di mana Ebola menjadi tantangan besar, tambahnya.
          
Ketika ditanya apakah Amerika Serikat harus menangguhkan penerbangan ke dan dari negara-negara yang terkena dampak atau memberlakukan larangan visa pada wisatawan dari daerah-daerah, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci mengatakan "sama sekali tidak."
    
"Ketika anda mulai menutup negara seperti itu maka ada bahaya nyata yang membuat hal justru semakin buruk," katanya.