RS Imanuel Gelar Seminar Ebola

id rs imanuel, seminar,ebola, bbjs

RS Imanuel Gelar Seminar Ebola

dr Haryono SpPD, dokter ahli penyakit dalam RS Imanuel (ANTARA LAMPUNG/Cahya Wulan Dari)

Sejauh ini belum ditemukan vaksin maupun obat yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit tersebut
Bandarlampung, (ANTARA Lampung) - Rumah Sakit Imanuel Kota Bandarlampung menggelar seminar tentang penyakit Ebola, dengan tema "Waspada Virus Ebola dan Mers Cov" dalam rangka pencegahan penyebaran virus tersebut di Indonesia.
        
"Kegiatan itu berlangsung dikarenakan belum ditemukannya vaksin maupun obat yang terbukti dapat menyembuhkan penyakit tersebut," kata salah seorang pemateri dalam seminar tersebut, dr. Haryono, SpPd Bandarlampung, Sabtu (4/10).
        
Pemateri pada seminar tersebut, diantaranya dr. Fajar Raditya SpPd, dan dr. Arya A Purba, Sp.A, M.Sc. Mereka menjelaskan bagaimana penyebaran virus Ebola dan Mers yang berkembang di Afrika dan menyebar ke seluruh dunia dan tercatat 16 negara telah ditemukan penderita penyakit ebola diantaranya negara tetangga, yaitu Malaysia dan Filipina.
        
"Walaupun belum tercatat kasus Ebola di Indonesia, kita harus waspada. Karena hingga saat ini
belum ada obat yang dapat mengobati penyakit tersebut. Dan yang harus diwaspadai dari virus itu
ialah cara penyebarannya yang lewat kontak tubuh pasien, bisa oleh anggota keluarga, pelayat yang mengurusi jenazah korban ebola bahkan para medis yang mengurusi penderitanya," kata Haryono.
       
Ia mengatakan bahwa gejala penyakit Ebola sama dengan penyakit demam berdarah, karenanya sering disalahpahamisebagai penyakit DBD, yakni demam, sakit kepala, linu pada persendian, muntah dan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pembekuan darah hingga pasien meninggal.
        
"Untuk fase inkubasi virus ini terjadi selama dua hingga 21 hari sejak pasien terjangkit virus tersebut," jelasnya.
        
Selain Ebola, menurut dr. Fajar Raditya, virus Mers juga harus diwaspadai, khususnya bagi anggota keluarga yang baru datang dari negara-negara Timur Tengah. Mers CoV atau Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus ialah virus yang dikenal sejak tahun 2012 di Timur Tengah.
        
Penyebaran virus Mers diakui lebih berbahaya dibanding virus Ebola, mengingat virus tersebut dapat
menyebar melalui udara yang dikeluarkan pasien penderita Mers kepada orang lain, sama seperti virus Ebola, virus Mers belum ditemukan vaksin dan obat bagi penderitanya.
        
"Gejala penyakit Mers bervariasi, mulai dari demam lebih dari 38 derajat, batuk, pilek, bersin
hingga gagal nafas," jeslanya.
        
Penyakit ini beresiko besar bagi penderita diabetes, jantung, paru-paru dan hipertensi. Fase inkubasi penyakit ini yaitu 2--14 hari, oleh karena itu harus diwaspadai terhadap warga Indonesia yang berkunjung ke negara di Timur Tengah untuk dapat segera membawanya ke rumah sakit.
        
Selain diisi dengan penjelasan mengenai penyakit Ebola dan Mers, seminar juga diisi dengan
presentasi mengenai penyakit ensefalitis bagi peserta seminar yang berasal
dari tenaga medis, mahasiswa kesehatan dan umum.
        
Seminar ini bertujuan untuk memberi pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan, pentingnya cuci tangan menggunakan sabun dan juga dalam rangka merayakan HUT ke-29 RS Imanuel.