Thailand Ditetapkan Tuan Rumah Pertemuan Penyair Nusantara VIII

id Thailand Ditetapkan Tuan Rumah Pertemuan Penyair Nusantara VIII

Bandarlampung (ANTARA LAMPUNG) - Thailand akhirnya ditetapkan sebagai tuan rumah pelaksanaan Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) VIII tahun 2015.

Isbedy Stiawan ZS, penyair Indonesia asal Lampung yang menghadiri PPN VII tahun 2014 di Singapura, Senin (1/9), berharap Thailand sebagai tuan rumah PPN VIII harus lebih baik lagi.

Penyerahan watikah (mandat) Thailand sebagai tuan rumah itu, menurut dia, telah diperhitungkan dari berbagai sisi.

Tim perumus, di antaranya Salleh Rahamad, Ahmadun Y. Herfanda, Djamal Tukimin, Isbedy Stiawan Z.S., Dimas Arika Miharja, Nik Rakib, dan Zeffri Arif, menilai Thailand menjadi pelaksana PPN tahun depan.

"Thailand, khususnya Thai Selatan, memang belum pernah menjadi tuan rumah PPN. Kegiatan ini dipusatkan di sana untuk menjayakan puisi Nusantara pada minoritas melayu di Thailand," kata Isbedy yang dihubungi saat berada di Bandara Changi, Singapura, Senin petang.

Melayu kaum minoritas di Thai Selatan, sambung dia, sehingga membuat panitia mesti pandai merangkul pemerintah dan sponsor untuk menyokong kegiatan PPN.

"Apalagi, teman dari Thailand sudah mewanti-wanti takbisa menjamu undangan sebanyak yang pernah digelar. Saya maklumi, ini menyangkut dana dan lain-lain," ujar Isbedy lagi.

Seperti dikatakan Nik Rakib, dia meminta jemputan untuk penyair Indonesia dibatasi taklebih dari 20 orang. Seperti PPN VII di Singapura ini, Indonesia mendapat kuota hanya 15 penyair ditambah empat pembentang kertas kerja.

"Mungkin di Thailand nanti, penyair di Indonesia akan kurang dari kuota di Singapura. Saya, Ahmadun, Dimas Arika Miharja, Fakhrunnas M.A. Jabar, dan Chavchay Syaifullah akan memilih penyair yang akan diundang," ujarnya pula.

Persoalannya di Indonesia, penyair yang diundang bersifat individu. Artinya, bukan kelembagaan. Jadi, harus benar-benar adil dan takpilih karena kedekatan saja, kata Isbedy.

Pada PPN VIII di Thailand tahun 2015, dia juga berharap agar memikirkan keberagaman selain menentukan pembicara, bukan yang sudah-sudah.

"Ini perlu, jangan sampai kesannya PPN takbisa mencari pembicara lain yang mumpuni. PPN di Thailand juga harus ada pembicaraan tentang perkembangan atau kemajuan dari karya-karya penyair yang ada di lima negara. Tidak sekadar mengulas fenomena, tetapi karyanya," katanya lagi.

Pembicaraan ini, bisa silang, seperti kritikus Indonesia membincangkan puisi-puisi yang ada di Malaysia, begitu sebaliknya.

PPN VII tahun 2014 di Singapura, ujar Isbedy, ditutup oleh sastrawan senior Singapura Suratman Markasan.

PPN digagas dengan misi menjayakan perpuisian Nusantara sebagai bangsa serumpun, serta memuruahkan kemelayuan di dalam diri orang Melayu.