Syair Lampung Karam Meriahkan Festival Krakatau 2014

id karnaval, festival, budaya, lampung

Syair Lampung Karam Meriahkan Festival Krakatau 2014

Sejumlah peserta mengenakan pakaian kreasi budaya Lampung pada karnaval budaya festival Krakatau. ( (Foto ANTARA /Kristian Ali) )

Bandarlampung,  (ANTARA LAMPUNG) - Festival Krakatau (FK) XXIV/2014 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung bekerja sama dengan Dewan Kesenian Lampung menggelar pembacaan Syair Lampung Karam karya Muhammad Saleh.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lampung Herlina Warganegara di Bandarlampung, Minggu menjelaskan karya reportase sastra terpanjang ihwal meletusnya Gunung Krakatau pada 1883 ini akan dibacakan oleh 10 sastrawan dan pembaca puisi.
         
Mereka yang akan membaca puisi itu adalah, Iin Muthmainnah, Syaiful Irba Tanpaka, AM Zulqornain Ch, Alexander GB, Yulizar Fadli, Fitri Yani, Hari Jayaningrat, Isbedy Stiawan ZS, dan Diro Aritonang.
         
Acara itu akan berlangsung di Panggung Terbuka Pasar Seni Enggal Bandarlampung selama dua malam berturut-turut, 25-26 Agustus 2014.
         
Herlina menjelaskan, pembacaan Syair Lampung Karam karya Muhammad Saleh ini akan diiring musik oleh Komunitas Seribu Bulan.    
    
"Para pemusiknya, di antaranya Wayan Mocoh Sumerta, Ipung Purwono, Ponco Pujiraharjo, Endro, dan Rizky," katanya.
         
Dia menjelaskan, Syair Lampung Karam ini merupakan kekayaan bagi khasanah literer khususnya sastra, karya Muhammad Saleh, pribumi Lampung, ditulis sekira enam tahun setelah 1883 saat Muhammad Saleh hijrah ke Kampung Bengkulen, Singapura.
         
Karya Syair Lampung Karam ini ditemukan kembali di perpustakaan Universitas di Leiden oleh dosen asal Sumatera Barat, Suryadi Sunuri, sekira 2005.
         
"Ini mutiara yang pernah hilang," ujar Kadis Budpar Lampung itu pula.
         
Karena itu, ia tergugah untuk mengundang seniman Lampung dan Jawa Barat untuk membacakannya dan berkolaborasi dengan pemusik.
         
"Pembacaan Syair Lampung Karam sudah kedua kali dalam Festival Krakatau. Semoga akan bersinambung pada tahun-tahun mendatang," katanya.
         
Hal ini, katanya, mengingat apa yang ditulis pengarang pribumi Lampung Muhammad Saleh itu adalah sejarah, sekaligus juga pelajaran berharga bagi generasi kini tentang bencana letusan Gunung Krakatau yang amat dahsyat.
         
"Mungkin anak-anak atau remaja sudah tidak mengenal apa itu Krakatau, Pulau Sebesi, Gunung Rajabasa, Kuala, dan lain-lain. Nama-nama tempat itu ada dalam syair ini," katanya lagi.